yearn

1.4K 296 142
                                    


Dengan kesusahan, Jiyeon membopong tubuh Taehyung menyusuri koridor apartemen. Taehyung terus meracau tentang dirinya yang selalu melihat Jiyeon namun menghilang begitu Taehyung mencoba menyentuh.

Beruntung Taehyung masih belum merubah password apartemennya sehingga, Jiyeon bisa menerobos masuk dan segera membaringkan pria itu di atas ranjangnya. Melepaskan sepatu Taehyung dan menyelimuti tubuh pria itu.

"Jangan pergi lagi," lirih Taehyung. Dengan mata yang masih terpejam, tangan pria itu berhasil menahan lengan Jiyeon saat gadis itu berniat meninggalkan. "Kenapa kau kejam sekali? Kenapa kau seperti ini padaku?"

Jiyeon menggigit kuat bibir bawahnya, berusaha tidak terisak dan mengeluarkan air mata. Jujur, keadaan Taehyung yang kacau seperti ini juga membuatnya terluka. Terasa adil jika keduanya merasa tidak baik-baik saja.

Tapi kenyataan yang ada, Jiyeon tentu tidak bisa bersembunyi lebih lama lagi dengan memanfaatkan perasaan Taehyung padanya. Cepat atau lama, semuanya akan menyeruak ke permukaan. Layaknya pandemik, membabat habis yang tersisa. Hingga cinta yang sempat Taehyung rasakan untuknya, perlahan akan lenyap menjadi debu, tak ada yang bisa dikais lagi, bahkan untuk sebuah kenangan lusuh yang dimakan usia.

Jiyeon menegadahkan kepalanya dengan hembusan napas berat. Kemudian gadis itu merunduk, matanya yang sudah berkaca-kaca.

"Andai saja kau bukan Kim Taehyung, andai saja aku tidak menerima tawaran kerja itu, andai saja kita tidak pernah bertemu ... mungkin tidak ada yang namanya luka di antara kita." Jiyeon tersenyum miris, terlalu banyak kata "andai saja" untuk penyesalan yang tidak bisa mereka perbaiki lagi, atau lebih tepatnya tidak bisa Jiyeon luruskan. Semua sudah terlanjur rumit dan berbelit.

"Meskipun begitu, aku tetap senang bisa mengenal pria sepertimu. Carilah satu, seorang gadis yang jauh lebih baik dariku, yang bisa mengurusmu dan membuatmu lupa kalau aku pernah ada di dalam hidupmu," ucapnya. Meski terasa sakit setiap kata meluncur berat dari ranumnya.

Jiyeon mengangkat tangannya, mengusap lembut pipi Taehyung. "Ke depannya, mari untuk tidak bertemu, tidak bertegur sapa dan saling mengabaikan. Ini untukmu, aku tidak ingin kau tersiksa lebih dari ini Kim Taehyung."

Air mata tak bisa dicegah, Jiyeon membenci takdir yang mencandai hidupnya. Setelah kepergian orangtuanya yang tiba-tiba, semua terasa salah. Tidak ada yang menetap di sisinya,  Jiyeon merasa apa yang dia inginkan direbut paksa dalam genggamannya. Sekarang yang ia miliki hanyalah diri sendiri, juga Beomgyu yang harus ia arahi agar tidak kembali menjauhi. Sudah cukup Yeonjun yang kini begitu jauh dari jangkauannya, jangan ada lagi yang pergi.


...


Langakahnya begitu berhati-hati saat keluar dari tempat persembunyiannya. Di balik dinding sebuah hotel ternama, matanya terus memastikan target bisa dijangkau oleh kamera yang kini sudah berada di tangannya.

Hyena memang seperti melempar bangkai ke dalam penangkaran ikan hiu. Wanita itu seperti tidak peduli dengan fakta kehidupannya yang bukan sekedar miliknya. Jika ia memang berniat menjadi public figure, seharusnya wanita itu tahu jika akan banyak mata dan telinga yang setia menghancurkan karir yang baru saja dibangun.

Lihatlah sekarang, dengan hanya bermodalkan sunglass dan bucket hat hitam untuk menutupi wajahnya yang sama sekali percuma. Jiyeon tetap mengenali, dan dari postur tubuh pun orang-orang yang kenal dengannya pasti sudah bisa langsung mengenali.

Dari gesture Hyena, Jiyeon bisa menilai jika wanita itu mulai jengah menunggu di depan sebuah kamar. Berkali-kali melirik arloji dan menoleh kanan kiri dan mengetuk-ngetukkan ujung sepatu tingginya pada permukaan lantai marmer.

Secret Agent Of Despatch✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang