Keheningan tercipta di antara dua manusia yang kini sedang duduk berdampingan ini. Yang satu sibuk menatap tanah yang satu sibuk merhatiin yang lagi natap tanah.
"Ji......"
Masih tidak ada jawaban. Cewek itu kini hanya terus menatap tanah. Lebih tepatnya berusaha menyembunyikan kedua wajahnya dengan rambut panjang tergerainya. Membuat Seungmin menghela nafas panjang.
"Gue cuman mau bilang maaf Ji..."
Kalimat itu kini sedikit menarik perhatian Yeji. Perlahan ia mengangkat kepalanya meskipun kini menatap lurus kedepan dan enggan menoleh.
"Gue tau gue salah, gue tau gue emosi waktu itu, gue tau nggak seharusnya sikap gue kayak gitu sama lo."
Yeji masih diam. Ia berusaha diam, sampai dia tau konteks pembicaraan Seungmin akan sampai dimana akhirnya. Yeji tidak mau sok tau lagi.
"Lo tau kan dari dulu, gue bukan tipe orang yang suka ngebicarain masalah secara terang terangan? Lo tau kan Ji, kalo gue lebih milih diem/ngalah dan menghindar kalau semisal ada masalah sama seseorang."
Yeji tetap tidak bergeming. Ia kini hanya fokus mendengarkan apa kata Seungmin.
"Gue selalu percaya dengan itu semua gue ga akan memperburuk keadaan. Gue percaya kalo waktu bakal bikin semuanya jadi lebih baik."
Kini Yeji mulai berani sekedar melirik singkat Seungmin. Memastikan bahwa cowok itu sekarang sedang serius.
"Tapi, ternyata itu semua salah Ji, justru dengan gue diem, gue menghindar, semuanya akan sama aja, bukan soal waktu yang ngebuat semuanya lebih baik, tapi soal siapa yang bisa berubah lebih dulu."
Yeji melihat Seungmin kini berbicara sambil menatap ke arah langit yang cerah.
"Gue tau semuanya udah berubah Ji, keadaan, waktu, elo, gue, kita, semuanya udah berubah. Egois kalo gue bilang gue mau semuanya sama kayak dulu. Karena, emang semua yang ada di dunia ini pasti berubah seiring berjalannya waktu."
Yeji mulai mendeteksi ada sesuatu yang tidak beres dari kalimat Seungmin. Seolah ini semua nampak seperti sebuah akhir.
"Terkadang sesuatu tuh emang ga bisa ditebak Ji. Apalagi yang namanya perasaan. Kadang sayang, kadang benci, kadang b aja, selalu berubah ubah."
Seungmin kini menoleh dan membuat kedua pandangan mereka bertemu.
"Gue ga akan minta lo kembali kayak dulu Ji, tapi yang jelas gue mau memperbaiki semuanya, dengan cara kita sendiri sendiri, dengan kondisi sekarang."
Perlahan tangan kanan Seungmin bergerak ke tangan kiri Yeji yang kini posisinya mengepal di lantai.
"Gue mau hubungan kita tetep baik-baik aja, bukan sebagai pasangan, tapi sebagai dua orang yang saling support. Dua orang yang udah saling kenal satu sama lain, dan janji bakal selalu ada buat satu sama lain."
Yeji tentu terkejut mendengar kalimat Seungmin. Ada sedikit rasa lega ketika tau bahwa Seungmin ingin memperbaiki semuanya, tapi yang membuat Yeji terganjal adalah kalimat bukan sebagai pasangan.
"Gue bakal selalu ada buat lo Ji, ketika lo sedih, lo susah, lo butuh bantuan, gue bakal selalu berusaha ada buat lo. Gimanapun juga, lo tetep orang yang berarti buat gue. Gue bakal support elo dengan cara gue sendiri, dan gue harap kita bakal terus deket sampai kapan aja. Bukan sebagai pasangan, tapi sebagai temen, sahabat, sodara, keluarga, semuanya deh pokoknya."
Sekarang Yeji bisa melihat ketulusan di kedua mata Seungmin. Yeji yakin itu merupakan kalimat yang terucap sungguh-sungguh dari hati Seungmin.
"Lo masih mau kan? Kenal sama gue? Jadi temen gue? Jadi sahabat gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Point Of View ||SEUNGMIN x YEJI||
FanfictionWHAT AM I TO YOU SEQUEL Perasaan adalah sebuah hal yang unik. Tidak ada satupun yang bisa menjelaskan hal itu secara mutlak. Tidak ada benar/salah dalam urusan ini, yang ada hanyalah sebuah sudut pandang. Sudut pandang yang membuat semuanya terlihat...