Riani kini paham, mengapa Karina mengurungkan niatnya untuk pulang ke kontrakan dan lebih memilih untuk ikut melakukan pengambilan video di café Kalandra. Alasannya adalah Ansa. Laki-laki itu sedang mengambil motor di parkiran untuk mengantar Riani pulang. Padahal tadi Karina sangat menolak ketika Sasa dan Aya memaksanya. Tapi sekarang malah berbalik arah dan tengah melambaikan tangan kepada Riani dengan wajah yang meledek. Riani yang ditinggal sendiri hanya mendengus geli.
Tadi ketika keduanya sudah akan meninggalkan lingkungan kampus, Ansa tiba-tiba datang menghampiri mereka. Dan berbasa-basi menanyakan kemana mereka akan pergi. Riani yang sudah hampir membuka mulut untuk menjawab langsung terdiam dan sedikit mendelikkan matanya ketika Karina lebih dulu mengatakan bahwa perempuan itu ingin mengantar Riani pulang. Kasihan kalau sendirian, takut diculik, begitu katanya. Mendengar jawaban Karina, membuat Ansa tanpa berbasa-basi menawarkan diri untuk mengantar pulang.
Ansa tiba di hadapan Riani yang sudah menunggunya untuk mengambil motor tadi. Laki-laki itu menatap ke arah kaki Riani beberapa detik sebelum akhirnya mendongak dan mengatakan sesuatu.
"Kata Karina kaki lo sakit?"
Riani yang mendengar itu tertawa pelan, "Kaki gue ngga sakit. Lo pasti mau modus kan?"
"Ck. Mau makan atau nonton gitu dulu nggak?" ujar Ansa langsung setelah tahu modusnya tidak membuahkan apa-apa.
"Yaudah yuk, gue juga nggak tahu sih di kontrakan mau ngapain"
"Kelas lo udah selesai jam segini?" tanya Ansa sembari menyerahkan helm yang ia pinjam dari temannya tadi di parkiran.
"Dosennya nggak masuk, dan baru ngabarin tadi jam setengah 10. Lo sendiri nggak ada kelas?"
"Nggak, gue libur hari ini. Tapi nanti sore ada latihan futsal." Ansa menoleh ke belakang memastikan bahwa Riani sudah naik ke motornya dan duduk dengan nyaman. "Udah Ri?"
"Udah"
"Turun kalo udah"
"Ish, yaudah gue turun nih ya?"
"Eh iya jangan, dah yok berangkat"
* * *
Aya merapihkan tatanan rambut Sasa yang sedikit berantakan agar terlihat lebih baik saat di kamera nanti. Hari ini syuting untuk lomba vlog dilakukan di café Kalandra, karena café dekat kampus yang kemarin digunakan untuk syuting film pendek ternyata belum buka. Tempat tersebut baru buka pada jam setengah 11. Akhirnya setelah diskusi dengan anggota club lainnya, mereka memutuskan untuk syuting di sana. Untung saja ketika mereka datang, café tersebut baru dibuka jadi pengunjung yang datang juga belum banyak.
Karina memang tidak termasuk ke dalam tim yang mengurus vlog, tapi ia tetap membantu jika dimintai pertolongan. Maka dari itu, dirinya juga mengajak Zahra untuk mengerjakan proses editing bersama di sini. Agar memudahkan juga untuk saling bertukar pikiran nantinya. Saat ini, Tia dan Sasa sudah memulai pengambilan video untuk vlog. Jadi, supaya suara di sekitar tidak bocor, setiap kali ada yang berbicara harus mengecilkan volume mereka. begitupun Karina dan Zahra walaupun keduanya bersebelahan, namun tetap saja berbisik-bisik ketika mengobrol.
"Nih, nama-nama buat ditaro di thanks to nanti, Ra" Karina menempelkan secarik kertas note di laptop milik Zahra.
"Oke. Oh iya Kar, buat scene flashback ini, mending pakai filter yang mana ya?"
"Coba black and white" saran Karina kemudian ia sedikit mencodongkan tubuhnya mendekat ke Zahra untuk melihat hasilnya.
Karina dan Zahra yang tadinya fokus mengamati layar laptop langsung mengalihkan pandangan ketika mendengar gerutuan Sasa dan tawa dari ketiga orang lainnya. Kemudian keduanya mendapati Sasa tengah menepuk pelan mulut dan pipi sambil menyuruh dirinya sendiri untuk fokus. Kini keduanya paham situasi apa yang dialami Sasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
With Me, Please?
Teen FictionPetualangan ini masih panjang. Istirahatlah jika lelah, tapi tolong jangan menyerah. Mari bertahan sampai akhir. -K Aku tidak siap, atau mungkin tidak pernah siap untuk merubah pelangiku menjadi monokrom. -K