Karina sedang berusaha untuk tidur ketika Sasa datang sambil menyerahkan sebungkus plastik putih yang mulanya tidak ia ketahui apa isi dari plastik tersebut. Tangannya menyambut dengan tatapan sedikit bingung. Namun, sebelum bertanya, Sasa sudah memberikan jawaban terlebih dulu.
"Dari Kalandra, katanya lo belom makan dari pagi, gara-gara sakit perut."
Karina mengangguk, "Iya, lagi red day. Thanks ya." Karina mengintip apa saja isi di dalam plastik tersebut. Ternyata Kalandra memberikannya makanan serta jamu datang bulan dalam kemasan botol.
"Sama Kalandra bilangnya,"
"Iya nanti, handphone gue lagi di charge, tuh," Jawabnya sambil mengarahkan dagunya ke arah meja kecil tempat ia meletakkan ponselnya sejak tadi.
"Lo sendirian?" Tanya Karina sambil membuka kotak makanan yang Kalandra berikan.
Sasa mengangguk, "Gue abis ketemuan."
Karina mengangguk mengerti, tangannya menyuapkan sesendok nasi bakar yang dibelikan oleh Kalandra tadi. Sementara Sasa mulai melepaskan outer dan memposisikan dirinya senyaman mungkin di kasur. Ia merasa energinya sangat berkurang setelah menemui seseorang yang sudah ia hindari sejak beberapa hari lalu.
"Sama Gandhi."
Teman yang diajak bicara itu menghentikan aktivitasnya, mencoba mencerna perkataan Sasa beberapa detik lalu. "Lo ketemuan sama Gandhi?"
"Lebih tepatnya, dia tiba-tiba kasih kabar kalau udah di depan rumah gue sih. Bilangnya mau mampir aja, cuma ya gue ajak keluar aja sekalian kalau mau ngobrol."
"Jadi dia emang udah niat buat ngajak lo ngobrol dari lama?"
Sasa mengangguk, kemudian melipat tangannya di depan dada, dan matanya beralih menatap langit-langit ruangan. "Bilangnya mau ngajak gue jalan, tapi dua hari lalu bilang mau ketemu sekalian ada yang mau dia omongin."
"Itu pas kita survei lokasi nggak sih?"
"Iya makanya gue tolak, karena kan emang nggak bisa."
"Dia ngomongin apa?"
Yang ditanya menoleh, menatap sang lawan bicara yang masih asik menikmati nasi bakar di hadapannya itu. "Dia cerita abis nembak cewek lain. Minta maaf juga, kalau kesannya dia manfaatin gue atau jadiin gue pelampiasan selama ini."
"Cewek yang dia maksud itu, sama kayak nama cewek yang lo liat notifnya di hp dia pas abis main dari rumahnya?"
Sasa mengangkat kedua bahunya, "Mungkin. Dia nggak nyebut nama juga sih."
* * *
Kalandra melempar sebungkus rokok pesanan Gandhi yang sedang memainkan ponsel di bagian outdoor café-nya. Sebelum mendudukkan diri di samping sahabatnya, ia meminta kepada Adit, salah satu karyawannya yang sedang lewat untuk membawakannya dua gelas es jeruk. Usai mengucapkan terima kasih dan menepuk pundak Adit, Kalandra pun duduk di hadapan Gandhi yang sudah menyalakan rokok dengan pandangan beralih ke jalanan.
"Eh iya, tadi gue ketemu Sasa" lapor Kalandra membuka perbincangan mereka.
"Di kontrakan mereka?"
Kalandra menggeleng, "Di Indomaret depan gang. Lagi beli snack gitu tadi. Tapi rapih bener tampilannya."
"Sama Karina?"
"Sendirian. Gue sempet lihat dia turun dari ojol, tapi ya gue pikir bukan dia, soalnya pakai masker sama helm kan."
Mendengarnya Gandhi berdecak, "Itu dia abis keluar sama gue, tapi serius lo nggak liat ada Karina? Atau Karina udah balik kali?"
"Karina aja lagi sakit, pas banget ketemu dan katanya mau ke kontrakan, jadi gue titipin aja makanannya ke Sasa."
KAMU SEDANG MEMBACA
With Me, Please?
Novela JuvenilPetualangan ini masih panjang. Istirahatlah jika lelah, tapi tolong jangan menyerah. Mari bertahan sampai akhir. -K Aku tidak siap, atau mungkin tidak pernah siap untuk merubah pelangiku menjadi monokrom. -K