Karina tersedak ketika melihat notifikasi yang masuk dari instagram beberapa detik yang lalu. Untung minumannya tidak menyembur ke arah Riani yang saat ini duduk di hadapannya. Wah, Karina tidak bisa membayangkan bagaimana Riani akan mengamuk nantinya. Riani memandang bingung Karina yang masih terbatuk-batuk dengan tangan kanan tak lepas dari menggenggam ponsel.
"Minum Kar kalo keselek"
"Ini gue keselek gara-gara minum tadi." Sebenarnya tidak juga, ada faktor pendukung yang lainnya. Tapi tentu bukan saatnya Karina untuk menceritakan hal ini sekarang. Entahlah, ia merasa sepertinya tidak perlu memberitahu Riani atau kedua temannya yang lain tentang Kalandra yang mulai mengikuti perempuan itu di akun instagram. Padahal beberapa saat lalu, dirinya sudah berniat untuk deactive akun instagram, namun tidak tahu niat itu akan jadi terrealisasikan atau hanya tinggal niat saja.
Malam hari ini, Karina sedang makan bersama Riani di gultik Blok M. Jam menunjukkan pukul tujuh lewat sebelas menit ketika motor Karina meninggalkan pekarangan kontrakan mereka. Awalnya Riani mengajak Karina untuk makan sebelum pulang, namun karena sedikit mepet dengan maghrib, akhirnya Karina menyarankan Riani untuk menunggu sampai waktu isya selesai. Jadi keduanya bisa pergi setelah mengistirahatkan tubuh sejenak dan beribadah.
"Jam berapa sekarang?" tanya Karina sebelum menenggak air mineralnya.
"Jam 8. Mau langsung balik?"
"Ntar aja deh Ri, jalan-jalan dulu"
"Kemana anjir?"
"Ya disini-sini aja, liatin orang pacaran"
Riani mendengus namun tertawa juga mengangguk setuju dengan usul Karina. Pandangannya menyusuri tempat ini. Banyak orang maupun kendaraan yang berlalu lalang. Menjadikan tempat ini ramai dengan suara-suara yang saling bersautan.
"Lo Sabtu besok ada acara nggak?" tanya Karina yang dijawab anggukan oleh Riani.
"Gue mau nemenin kakak gue nyari kado buat pacarnya" jawab Riani kemudian menenggak minumannya, "Kenapa emang?"
"Niatnya minta temenin ke kondangan"
"Kondangan siapa?"
"Ami" Karina membersihkan mulutnya dengan tisu yang ia bawa, "Kakaknya si Ami maksud gue. Gue diundang, mau dateng tapi sendirian, temen gue yang lain pada nggak bisa"
"Temen SMA lo pada nggak bisa?"
Karina mengangkat kedua bahunya, "Antara nggak bisa sama males sih, soalnya kan yang nikah kakaknya si Ami bukan Aminya."
Riani tertawa mendengar ungkapan Karina, yang menurutnya masuk di akal. "Lo telat sih, coba kemaren lo bilang, gue temenin deh"
"Mau nggak dateng, nggak enak. Gue juga deket sama kakaknya."
"Coba lo ajak Pita atau Sasa, siapa tau bisa"
"Nanti dah gue chat. Menurut lo gue kasih bingkisan atau uang aja?"
"Bingkisan, terus isinya amplop ada uang lu" Riani berujar sambil tertawa di akhir kalimat, membuat Karina juga ikut tertawa mendengar usulnya.
"Mumpung di Blok M, temenin gue deh cari kado buat kakaknya Ami"
Riani mengangguk menyanggupi. Sebelum pergi masuk ke Mall Blok M, keduanya membayar apa yang mereka makan terlebih dahulu. Kemudian keduanya beriringan menyusuri jalanan Blok M yang masih ramai. Motor yang dikendarai Karina dibiarkan terparkir di gor terdekat.
Sebenarnya Karina tidak tahu apa yang harus ia beri untuk kakaknya Ami yang Sabtu besok melaksanakan pernikahan sekaligus resepsinya. Mungkin tujuan pertamanya akan ke DIY salah satu toko yang menyediakan perabotan rumah tangga. Jika tidak ada yang dirasa cocok maka kemungkinan ia akan memilih untuk menyumbang uang saja atau Karina akan mencari kembali di toko dekat rumahnya besok selepas pulang kuliah.
KAMU SEDANG MEMBACA
With Me, Please?
Teen FictionPetualangan ini masih panjang. Istirahatlah jika lelah, tapi tolong jangan menyerah. Mari bertahan sampai akhir. -K Aku tidak siap, atau mungkin tidak pernah siap untuk merubah pelangiku menjadi monokrom. -K