"Lo liat Riani nggak, Ay?" tanya Sasa yang baru saja tiba bersama dengan Pita. Namun, temannya itu berjalan ke arah sekretariat, untuk mengumpulkan laporan tugas akhirnya.
"Nggak, coba tanya si Ayu. Dia dari jam setengah 8 udah disini, gue baru sampe 15 menit yang lalu"
"Tumben. Btw, thankyou" ujar Sasa kemudian menyusul Pita yang memanggilnya untuk menandatangani absen kehadiran di ujian terakhir ini. Aya mengangguk sebagai jawaban kemudian melanjutkan untuk menikmati bubur ayam depan kampus yang menjadi langganannya.
Sasa mengamati nama-nama mahasiswa yang sudah memberikan tanda tangan di kertas putih tersebut. Sudah hampir setengah anak-anak di kelasnya mengumpulkan tugas, termasuk Riani dan Karina. Kedua temannya yang sulit dihubungi sekarang. Kabar terakhirnya sih mereka sedang dalam perjalanan menuju kampus dari kontrakan yang tidak begitu jauh. Ayu muncul dari sebuah ruangan kaca usai Sasa menandatangani absensi. Ayu melambaikan tangan sebagai sapaan untuk kedua teman kelasnya itu.
"Tumben lo udah disini, biasanya mepet deadline" ledek Pita
Ayu memajukan bibirnya, "Itu juga gue belom kelar anjir, tinggal dikit lagi. Mau ngerjain di lembaga aja, siapa tau ada yang mau bantuin"
"Lo liat Karina sama Riani, Ay?"
"Eh iya, tadi katanya mereka ke perpus dulu, mau balikin buku" lapor Ayu yang diberi amanat. "Mau kemana dah lo pada?"
"Jalan-jalan, refreshing lah cuy" jawab Pita sambil berjalan mendahului Ayu dan Sasa dibelakangnya.
"Mau ikut nggak?" tawar Sasa
"Kemana? Ikut dong" sambar Aya yang sudah menyelesaikan makannya.
"Monas kalo jadi, tapi mau ke coffee shop deket sini dulu"
"Ngapain?"
"Karina mau ketemu crushnya"
"Apa nih, bawa-bawa gue?" tanya sebuah suara yang tiba-tiba muncul tanpa diundang. Karina dan Riani berjalan beriringan dari arah lift yang berhenti di lantai 4.
"Emang bener, kan?"
"Riani itu yang mau ke sana, mau beli kopi katanya" sanggah Karina yang memang benar adanya, tapi kalau bisa sekalian bertemu, kenapa tidak? Ya kan?. "Ikut nggak, Ay?" sambungnya sambil mengalihkan topik pembicaraan.
"Ay mana nih?"
"Ay dua-duanya" jawab Karina kemudian duduk di antara Aya dan Sasa yang membuat kedua orang tersebut harus menggeserkan badannya. "Padahal di sebelah gue masih lega loh, Kar"
"Gue mau jadi perusak, Ya"
Aya menggelengkan kepalanya, "Nggak jadi deh, mau jalan sama cowok gue"
"Masih sama dia?" tanya Riani yang sejak tadi diam saja.
"Tau ya? Nggak jelas banget dia mah, Ri" timpal Ayu kemudian mengambil botol minum plastik milik Aya, dan meneguknya.
"Iri bilang sahabat"
"Ngapain iri, gue juga ada"
"Ada tapi kalo nggak jelas statusnya ya buat apa?" balas Aya tidak mau kalah.
Ayu mencibir, "Dah ah, gue mau lanjut nyelesaiin laporan dulu guys"
* * *
Riani dan Karina turun dari mobil yang dikendarai Pita setelah berdebat menentukan siapa yang akan turun untuk membeli minuman. Sebenarnya bisa saja mereka mengunjungi tempat lain, tapi Riani mengatakan es kopi di sana rasanya enak. Karina juga ingin mencoba es matcha di tempat tersebut, karena kemarin belum sempat beli. Alhasil, disinilah mereka berdua, menunggu satu orang di depan sana yang sedang menyebutkan pesanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
With Me, Please?
Teen FictionPetualangan ini masih panjang. Istirahatlah jika lelah, tapi tolong jangan menyerah. Mari bertahan sampai akhir. -K Aku tidak siap, atau mungkin tidak pernah siap untuk merubah pelangiku menjadi monokrom. -K