!! Bad words !!
Karina tertawa ketika melihat Riani yang salah melafalkan dialog panjangnya. Ini sudah take kelima, dan scene ketujuh belum juga mendapat hasil yang bagus. Beberapa pelayan café di sana pun ikut tertawa ketika Riani kesal pada dirinya sendiri. Jaya menyandarkan tubuhnya ke dinding setelah meletakkan kamera di atas meja. Kemudian laki-laki itu menyeruput es kopi hitamnya. Tangannya mulai terasa pegal karena sejak tadi memegang kamera untuk menyorot Aya dan Riani yang menjadi artis film pendek sore ini.
"Abis scene 7 udah Kar?"
Karina yang sejak tadi duduk di sebelah Jaya mengangguk sembari matanya fokus pada kertas yang berisikan jadual dan keperluan syuting. "Besok lanjut sisanya"
"Udah siap belom Ri?" tanya Sasa yang baru saja selesai mengganti angka take dan scene di clapper board.
"Bentar-bentar" jawab Riani kemudian kembali membaca naskah yang sudah penuh dengan coretan pulpen. Aya yang menjadi lawan mainnya juga kembali melatih dialog agar nanti berjalan lancar, sehingga tidak akan memakan waktu yang lama untuk syuting satu scene.
Sasa duduk di bangku yang tersisa di meja Karina dan Jaya yang kini keduanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Sasa meraih ponselnya yang terabaikan di atas meja, kemudian memeriksa notifikasi yang masuk. Ada beberapa temannya yang berkomentar tentang syuting apa yang dilakukannya. Ada juga pesan dari adiknya yang menanyakan kapan dia pulang. Sepertinya adik laki-lakinya itu ada niat tersembunyi. Karena tidak biasanya menanyakan jam pulang ke rumah setelah kuliah.
Usai Sasa membalas pesan dari adiknya, sebuah notifikasi dari instagram muncul di atas layar. Karina sempat melihat hal apa yang membuat Sasa jadi diam mematung di tempatnya. Perempuan itu tertawa pelan, namun tetap saja membuat perhatian Jaya sedikit teralihkan. Hanya sebentar, karena setelahnya, Jaya kembali fokus pada ponsel.
"Cie" komentar Karina singkat, padat dan jelas. Setelah mengucapkan itu, Karina langsung bangkit dari duduknya dan berjalan menuju meja Aya yang memanggil dirinya karena ada sesuatu yang ingin ditanyakan mengenai dialog film.
Sasa mendengus, namun tangannya tetap membalas direct messange dari Gandhi. Laki-laki yang tempo hari lalu meminta akun instagramnya.
GandhiM_ : kok nggak di café sini aja syutingnya?
Sasayudia : jauh, butuh ongkos
GandhiM : emang di sana nggak pake ongkos?
Sasayudia : nggak lah, kan ini di depan kampus
"Ayo Sa" tegur Jaya yang sedang bersiap dengan kameranya. Sasa mengangguk kemudian menutup kembali aplikasi instagram dan mematikan ponsel sebelum mengambil posisi untuk mengarahkan clapper board ke arah kamera.
* * *
Seorang laki-laki dengan kemeja flannel merah tua, tengah asyik menikmati kopi hitam yang ia beli beberapa menit lalu. Sebenarnya ia sudah menyelesaikan kelas sejak adzan ashar berkumandang. Namun, karena malas untuk langsung pulang ke rumah, ia pun memilih untuk bermain dan mengobrol sebentar dengan teman-teman satu jurusannya yang lain. Usai menunaikan sholat, ia melangkahkan kaki menuju parkiran motor yang juga dijadikan tempat kumpul untuk anak-anak dari jurusannya.
"Sa, bagi rokok" ujar seorang laki-laki berambut gondrong yang dikuncir. Ansa nama laki-laki yang sedang kita bicarakan ini pun langsung menoleh dan melemparkan bungkus rokok yang masih tersisa beberapa batang lagi.
Ansa menginjak putung rokok yang sebentar lagi habis dengan sepatunya. Ia bangkit berdiri dan berjalan ke arah tukang buah-buahan yang berjarak kurang lebih tiga meter. Beberapa kali ia melihat orang menikmati rujak atau hanya sepotong buah dingin di sini dan malah membuat dirinya jadi tergiur.
KAMU SEDANG MEMBACA
With Me, Please?
Teen FictionPetualangan ini masih panjang. Istirahatlah jika lelah, tapi tolong jangan menyerah. Mari bertahan sampai akhir. -K Aku tidak siap, atau mungkin tidak pernah siap untuk merubah pelangiku menjadi monokrom. -K