12 - Beautiful Day (?)

23 5 3
                                    

Siang itu saat jam menunjukkan pukul 12 lewat 40 menit, banyak mahasiswa dan mahasiswi yang berlalu lalang melewat lobby kampus. Mulai dari yang baru menyelesaikan kelas hari itu dan ingin mengisi perut kosong mereka, atau yang baru saja tiba karena ada kelas siang, sampai ke mereka yang disibukkan dengan deadline tugas dari dosen dan mengharuskan untuk mondar mandir ke tempat fotokopi. Berbeda dengan Sasa, saat ini ia sedang berjalan beriringan dengan Gandhi yang tampak disibukkan dengan ponsel hingga beberapa kali laki-laki itu menabrak orang yang berjalan berlawanan arah dengannya. Tentu saja hal tersebut membuat Sasa geram. Lagian, apa sih yang membuat Gandhi memfokuskan atensinya kepada ponsel dibandingkan menatap jalanan di depan.

"Lo ngapain deh? Jalan tuh liat-liat ke depan, nabrak orang mulu kan lo"

Gandhi yang merasa diajak berbicara dengan Sasa pun menghentikan langkahnya. Kini mereka berdua sudah sampai di lantai 3, tepat di anak tangga paling atas. Gandhi menarik tubuh Sasa menjadi sedikit lebih dekat ke arahnya agar tidak menghalangi jalan.

"Kenapa? Cemburu ya sama handphone gue?"

Sasa berdecak, "Terserah. Ini gue disuruh ngapain sih ke lantai 3? Gue masih ada kelas abis ini, 2 sks"

"Bunda mau ketemu"

"Sama siapa?"

Gandhi tidak langsung menjawab, laki-laki itu memilih untuk langsung menggenggam tangan Sasa dan mengajaknya pergi dari tempat keduanya berdiri tadi. "Sama lo"

Tepat pada saat itu, seorang wanita paruh baya yang pernah Sasa temui keluar dari sebuah ruangan kaca bersama dua orang lainnya yang tentu tidak Sasa kenal. Bertemu pun sepertinya baru saat ini. Maklum saja, lantai ini bukan daerah kelasnya, jadi ia tidak begitu mengenal baik dosen-dosen yang berada di sana. Sasa segera melepaskan genggaman jemarinya ketika melihat wanita paruh baya yang menjadi Bunda Gandhi tampak berjalan menghampiri mereka dengan sebuah senyuman lebar menghiasi wajahnya.

"Sasa apa kabar?" sapanya begitu sampai di hadapan kedua sejoli tersebut.

"Alhamdulillah baik tante"

"Panggil Bunda aja, ngga apa-apa kok"

Sasa meringis, "Iya bunda. Bunda gimana kabarnya?"

"Bunda baik juga" jawab wanita itu sambil mengelus puncak kepala Sasa lembut. "Oh iya, kata Gandhi kamu suka bikin kue-kue gitu ya?"

Sasa menatap ke arah Gandhi dengan pandangan seolah meminta penjelasan. "Aku bantu-bantu aja kok, lebih sering dibagian belanja sama nganter pesanan. Soalnya nggak terlalu jago banget"

Bunda Gandhi tersenyum lebar, "Hari ini ikut ke rumah yuk? Kita bikin kue bareng. Mau?"

"Maaf bunda, bukannya ngga mau, tapi hari ini aku ada kelas lagi" tolak Sasa tidak enak. Tapi ia memang benar-benar tidak bisa.

"Besok Sabtu kayanya Sasa free deh, Bun. Besok aja gimana?" usul Gandhi yang membuat Sasa dan sang Bunda menatap ke arahnya dengan pandangan yang berbeda. Sasa dengan pandangan kesal dan seperti ingin melahapnya hidup-hidup, sementara Bundanya menatap Gandhi dengan wajah yang berbinar-binar.

"Gimana Sa? Kalau Sabtu kamu bisa?"

"Kayaknya bisa sih Bunda. Soalnya ngga ada kelas pengganti juga Sabtu besok"

"Yaudah pokoknya, nanti kamu kabarin ke Gandhi lagi ya?" Sasa menganggukkan kepalanya tanda bahwa perempuan itu menyetujui permintaan wanita yang mengenakan kemeja putih bergaris biru.

"Lo tadi bilang ada kelas? Jam berapa?" tanya Gandhi yang sejak tadi tidak banyak berbicara dan lebih menikmati bagaimana kedua wanita di hadapannya itu berinteraksi.

With Me, Please?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang