Suara yang riuh saling bersahut-sahutan memenuhi ruangan di lantai 7 yang masih digunakan untuk rapat, padahal waktu hampir menunjukkan pukul 10 malam. Namun belum ada tanda-tanda perkumpulan ini akan segera diselesaikan. Karina menyandarkan kepalanya ke dinding, sembari menghela napas berat, menatap papan tulis dengan enggan. Seharusnya ia tidak di sini, seharusnya saat ini ia berada di kamar, menghabiskan waktunya untuk menonton film atau sekedar bermalas-malasan di atas kasur tercinta.
Perempuan itu melirik ke arah Pita yang sedang berbicara dengan salah satu kakak tingkatnya. Karina mengenal siapa laki-laki berambut panjang tersebut, tapi ia merasa tidak cukup dekat. Jadi, ia memilih untuk tidak ikut bergabung dalam obrolan keduanya. Pandangannya kini beralih ke arah depan, melihat siapa yang saat ini sedang mempresentasikan bagian jobdesc. Seingatnya tadi bagian konsumsi, dan ternyata hingga saat ini pun masih membahas tentang bagian tersebut.
"Kar, kalau gue balik duluan gimana?"
Merasa diajak berbicara, Karina pun menoleh, "Lah kenapa?"
"Udah dijemput"
"Sama adek lo?" tanya Karina memastikan, siapa yang menjemput temannya di malam hari ini. Karena seingat dia, tadi Pita mengadu bahwa adiknya tidak mau jauh-jauh menjemput Pita yang entah jam berapa akan pulang rapat. Sebenarnya bisa saja perempuan itu menginap di kontrakan, tapi sayangnya Minggu besok ia harus membantu sang ibu dan tantenya. Jadi, mau tidak mau dirinya harus pulang malam ini.
Pita menggeleng sebagai jawaban, "Sama si Ezra. Dia sekalian lewat, katanya"
Raut wajah heran dan bingung Karina tadi langsung berubah meledek, begitu tahu siapa gerangan yang mau menjemput temannya. Mata Karina menyipit seolah tidak yakin apakah pria itu benar-benar memang tidak sengaja melewati kampusnya atau sengaja keluar untuk menjemput Pita. Sadar akan tatapan mengintimidasi dari Karina, membuat Pita buru-buru membuka suara, menjelaskan yang sebenarnya.
"Tadi dia bilang abis futsal bareng temen kantor, sekalian lewat kampus, jadi gue diajak balik bareng. Tapi gue ngga enak kalau musti nyuruh dia nungguin kelar rapat"
Karina mengangguk-angguk sambil menahan kedutan di ujung bibirnya.
"Gue serius ih, Kar. Jangan ngeledekin gue,"
"Kenapa sih? Orang gue cuma ngangguk doang, di mana ngeledeknya?"
Pita menunjuk wajah Karina dengan jari telunjuknya, "Tuh muka lo"
Karina tertawa pelan agar tidak mengganggu jalannya rapat ini, "Yaudah sana pulang, kasian dia nunggu lama."
"Ngga apa-apa kan?"
"Iya udah sono, buruan. Ini kalau sampai jam setengah 11 belum selesai juga gue bakal pulang"
"Ngga nginep?"
"Nginep, tapi kalau balik sendirian jam 11, lewat sana kan serem juga"
Pita mengangguk menyetujui, kemudian mulai membereskan barang-barangnya. Sementara itu, Karina memilih untuk memeriksa notifikasi apa yang sudah beberapa menit lalu masuk.
"Balik dulu, Kar" pamit Pita sembari melambaikan tangannya.
"Hati-hati lo. Langsung balik, jangan mampir ke mana-mana" Karina mengingatkan yang direspon acungan jempol oleh temannya.
Usai melihat temannya yang pamit dan keluar dari pintu ruangan, Karina kembali memfokuskan dirinya dengan ponsel. Membaca pesan masuk dari teman-temannya dan Kalandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
With Me, Please?
Teen FictionPetualangan ini masih panjang. Istirahatlah jika lelah, tapi tolong jangan menyerah. Mari bertahan sampai akhir. -K Aku tidak siap, atau mungkin tidak pernah siap untuk merubah pelangiku menjadi monokrom. -K