"Ck, abis lagi minum gue" ujar Ayra begitu melihat botol minumnya yang sudah tidak ada air sedikitpun. Padahal film yang ia tonton saat ini sedang seru, namun mau tidak mau ia harus ke dapur mengisi botol untuk persediaan di kamar.
Ayra menuruni tangga dengan piyama hello kittynya. Hari ini malam minggu, waktunya menonton series di salah satu media streaming digital. Sebelum besok ia harus kembali menyibukkan diri untuk mengerjakan tugas kelompok yang dikumpulkan Rabu nanti. Ayra melirik ke arah ruang santai yang memperlihatkan pemandangan kakaknya dan temannya sedang asyik bermain play station. Tanpa berniat menyapa, ia terus melangkahkan kakinya, berusaha menghindari Gandhi yang sepertinya menyadari keberadaannya karena saat ini ia mendengar derap langkah kaki menuju arah yang sama dengan Ayra.
"Hai" sapa Gandhi, kemudian menyandarkan tubuh di pintu kulkas yang letaknya tepat di sebelah dispenser tempat Ayra mengisi botol minum.
"Hm" sahut Ayra seadanya. Ia malas menanggapi Gandhi dengan beribu macam bualannya.
"Lo tadi lagi ngapain?" Gandhi kini ikut mengisi gelasnya dengan air bening.
"Nonton"
Gandhi meneguk minumannya sebelum kembali berbicara, "Mau gue temenin?"
"Nggak usah, ngapain" Ayra melirik sekilas Gandhi dengan tatapan aneh dan bingung.
"Yaudah, besok temenin gue nonton ya?"
"Nggak bisa, gue mau kerja kelompok" Ayra menolak, tidak berbohong, ia memang mengatakan yang sebenarnya. Tugas dari dosen yang tidak ia sukai ini mengganggu weekend yang seharusnya dihabiskan dengan bersantai-santai di rumah.
"Selesai kapan?"
Ayra mengangkat kedua bahunya, "Ya nggak tahu. Lo kayak nggak tahu jam Indonesia aja deh, Kak." ujar Ayra kemudian mengambil toples keripik singkong di ruang tengah, tempat Kalandra dan Gandhi bermain. "Gue ke kamar dulu" pamitnya kepada kedua laki-laki yang masih menatapnya sampai ia menghilang di balik pintu kamar berwarna milo tersebut.
"Café gue yok?" ajak Kalandra begitu melihat Gandhi kembali duduk di sebelahnya.
"Boleh deh, gue sekalian mau nyobain menu terbaru yang lo ceritain tadi" Gandhi berujar lalu meletakkan stick PS di atas meja sebelum ia memakai kembali hoodie hitam yang tadi dilepasnya.
* * *
Kamis ini, jadual perkuliahan Karina dan teman-temannya dimulai dengan ujian. Mereka harus mempresentasikan laporan yang sudah mereka buat beberapa minggu terakhir ini. Laporan yang sudah melewati beberapa tahap, mulai dari konsultasi sebelum observasi - observasi – membuat laporan – konsultasi laporan – revisi – sampai akhirnya final laporan. Laporan yang sudah jadi dan tidak ada edit-edit lagi, dikumpulkan tepat sebelum ujian dimulai. Bagi mereka yang belum dipanggil dosen untuk maju harus menunggu di luar. Oleh karena itu, saat ini koridor di depan kelas ramai orang. Karena tidak hanya satu kelas yang melaksanakan ujian. Ada sekitar 2-3 kelas yang melakukan ujian akhir di Kamis pagi ini. Karina dan ketiga temannya sibuk dengan ponsel masing-masing. Membuka instagram, whatsapp dan aplikasi sosial media yang lain.
"Kar, gue mau order pie dong" ujar seorang perempuan yang tiba-tiba duduk di hadapan Riani.
Karina yang merasa diajak berbicara pun mendongak, "Pie apa?"
"Pie buah sama pie yang biasa. Sabi?" tanya Aya.
"Sabi dund. Buat hari apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
With Me, Please?
Teen FictionPetualangan ini masih panjang. Istirahatlah jika lelah, tapi tolong jangan menyerah. Mari bertahan sampai akhir. -K Aku tidak siap, atau mungkin tidak pernah siap untuk merubah pelangiku menjadi monokrom. -K