10 - Meyakini

17 6 2
                                    

Siang ini cuaca sedikit sejuk dengan angin yang berhembus menerbangkan dedaunan dari pohon-pohon rindang. Hujan deras yang mengguyur daerah Jakarta ini, baru saja reda sekitar lima belas menit yang lalu, dan masih meninggalkan bau tanah basah yang khas akibat hujan. Dua orang perempuan duduk di teras rumah kontrakan. Satu orang dari mereka sedang sibuk mengabadikan tanamannya yang basah, sedang satu orangnya lagi fokus dengan ponsel berwarna biru itu.

"Udah sampe mana dia?"

Merasa ditanya, ia pun mengalihkan pandangannya dari ponsel, "Nggak tau, gue chat belum dibales lagi"

"Nggak jadi kali, Kar" ledeknya kemudian duduk di bangku yang masih kosong.

"Sedih kan lo, Ri, gue tinggal jalan?"

"Idih, ngapain. Mending gue ngerjain analisa kasus. Udah kelar lo?"

Karina menggeleng, "Dikit lagi, masih hari Kamis ini"

"Gue masuk dulu deh, mules nih. Nggak apa-apa kan lo nunggu sendiri?"

"Santai sih, udah sono deh masuk" ujar Karina seraya mendorong pelan tubuh Riani agar masuk ke dalam rumah. Sementara Riani hanya pasrah dan melambaikan tangannya.

Karina melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 siang, namun laki-laki yang mengajaknya pergi keluar belum juga muncul di area kontrakan. Pesannya juga belum di balas. Karina jadi was-was, apa mungkin benar dirinya batal menonton teater hari ini. Saat sedang disibukkan dengan kemungkinan yang ada, tiba-tiba sebuah mobil yang sedikit tidak asing berhenti di depan rumah kontrakan. Karina segera bangkit ketika jendela mobil dibuka dan memperlihatkan wajah Kalandra di sana.

Iya, keduanya akan menonton teater siang ini. Berawal dari instastory Karina yang ingin menonton teater dan ternyata minggu ini adalah penampilan terakhir untuk daerah Jakarta. Lokasi dan waktu penampilan teater selanjutnya berada di daerah Yogyakarta, tidak mungkin Karina pergi ke sana di tengah-tengah perkuliahan yang masih berlangsung.

"Ri gue berangkat dulu ya. Pintu gue konci!" teriak Karina lalu menutup pintu dan menguncinya dari luar, tanpa menunggu jawaban dari Riani terlebih dahulu. Toh, temannya itu juga memiliki kunci cadangan sendiri. Tidak hanya Riani, Sasa maupun Pita juga memiliki kunci cadangan yang mereka pegang.

Karina segera bergegas ke mobil Kalandra setelah memasukkan kunci rumah ke dalam slingbagnya. Sebuah senyuman menyapa dirinya ketika membuka pintu mobil, dengan sedikit gugup, Karina pun membalas senyuman laki-laki itu.

"Sorry lama, tadi gue isi bensin dulu." Ujar Kalandra lalu melajukan mobilnya usai memastikan Karina sudah memakai seatbelt dengan benar.

"Nggak apa-apa Bang, gue juga belom terlalu lama kok nunggunya"

Kalandra menoleh mendengar Karina masih memanggilnya dengan kata 'bang', "Panggil nama juga nggak apa-apa kali Kar, santai" katanya dengan diiringi kekehan di akhir kata.

"Hehehe siap"

"Lo tinggal di rumah itu sama siapa?"

"Sama temen-temen gue yang lain"

"Oh yang sering ke café juga itu?"

Karina mengangguk dan bergumam sebagai jawaban, "Sebenarnya itu kontrakan kakaknya Riani dulu, tapi berhubung kakaknya udah lulus, jadi si Riani ngelanjutin aja." Karina bercerita tanpa diminta.

"Lo nggak pulang ke rumah weekend gini?"

"Di rumah lagi sepi, pada pulang ke kampung, baru sampe besok malem. Jadi paling gue balik besok pagi"

With Me, Please?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang