"Sialan Gandhi, gue jadi kepikiran kan"
Selama perjalanan menuju tempat janjian Sakti dengan Kalandra, ia tidak berhenti memikirkan kemungkinan-kemungkinan bertemu kembali dengan perempuan itu. Pikirannya juga terbang melayang ke waktu Kalandra berpapasan di pintu masuk toilet. Pandangan keduanya bertemu kala itu untuk pertama kalinya. Tanpa disadarinya, Kalandra melemparkan senyum kepada perempuan di hadapannya. Setelah itu, ia memberitahu bahwa tali sepatunya lepas dan berbahaya jika tidak diikat terlebih dahulu. Perempuan yang tidak ia ketahui siapa namanya itu pun berterimakasih karena sudah mengingatkan. Lalu tanpa menunggu apa-apa lagi, Kalandra pun segera masuk ke arah toilet pria usai pamit.
Membayangkan hal sesederhana itu membuat Kalandra kembali mengulum senyumnya. Namun, setelah sadar ia sedang tersenyum sendiri di dalam mobil pun segera menggelengkan kepala. Mencari kesadaran yang entah kemana perginya tadi. Sebelum turun dari mobil, Kalandra mengirimkan pesan kepada Sakti bahwa ia sudah sampai dan akan menunggu di J.Co.
Pengunjung belum terlalu ramai jika dilihat dari deretan mobil-mobil yang terparkir saat ini. Namun, ketika menginjakkan kaki di lobby, sudah banyak yang berlalu lalang. Dari tempat satu ke tempat lain. Memanjakan diri di salon, mengisi perut yang kosong di beberapa foodcourt yang tersedia, atau hanya sekedar berkeliling keluar masuk toko-toko.
Kalandra memasukkan ponsel dan kunci mobil ke dalam saku jaket denimnya. Lalu melangkahkan kaki jenjangnya ke arah J.Co yang berada di dekat store salah satu merek ponsel ternama. Ia berdiri di belakang satu orang yang tengah sibuk memilih pesanan dan menerka-nerka minuman mana yang menurutnya enak. Sembari menunggu Kalandra mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan ini. Ada beberapa tempat yang sudah terisi, termasuk deretan kursi single di dekat kasir sudah penuh. Pandangannya tiba-tiba terhenti di satu titik. Ia menyipitkan matanya, untuk memastikan apa yang ia lihat apakah benar.
"Nggak mungkin" ujar Kalandra pelan saat melihat seorang perempuan tengah menyeruput ice chocolate pesanannya di tangan kanan sementara tangan kirinya sibuk dengan ponsel.
"Mau pesen apa, Mas?." Pertanyaan itu mengalihkan perhatiannya.
"Frappe cappuchino 1, ukuran besar ya" ujarnya kemudian langsung menyerahkan uang seratus ribu. Laki-laki yang berdiri di balik kasir itu mengangguk dan mulai memproses pesanan Kalandra.
* * *
Karina sedang menikmati iced chocolate blended J.Co ketika seorang laki-laki yang ia kenal tiba-tiba duduk di hadapannya. Mata Karina sedikit terbelalak mengetahui itu, namun ia buru-buru menyamarkan keterkejutannya dan berpura-pura seolah ia tak mempedulikan hal tersebut. Karina pun ikut memainkan ponselnya sendiri. Ia mengirim pesan pada Ami, menanyakan keberadaannya yang tak kunjung datang sejak dirinya duduk di sini sekitar sepuluh menit yang lalu.
Karina : lo dimana?
Karina : jadi nonton nggak?
Ceklis satu.
Ceklis dua.
Typing...
Tak perlu menunggu lama, pesannya dibalas Ami yang mengatakan bahwa ia mengambil kacamata yang tertinggal sebentar.
Ami : Sorry Kar, gue ambil kacamata dulu tadi wkwk
Ami : Ini gue otw sekarang
Karina : okok, hati2
Karina kembali meletakkan ponsel diatas meja dan mengalihkan pandangannya ke arah laki-laki yang kini menatapnya. Namun, ketika pandangan mereka bertemu, laki-laki itu langsung mengalihkan wajahnya ke arah lain, dan sedikit mengumpat dilihat dari gerak mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
With Me, Please?
Teen FictionPetualangan ini masih panjang. Istirahatlah jika lelah, tapi tolong jangan menyerah. Mari bertahan sampai akhir. -K Aku tidak siap, atau mungkin tidak pernah siap untuk merubah pelangiku menjadi monokrom. -K