Sixth Part || Is This The Last Time?

1.3K 192 61
                                    


Song : Where The Stars Fall - Dazbee

Boleh request lagu ya kawan-kawanku, khusus jepang n inggris~

Hope you enjoyy!

Wait-wait!
⛔Chapter ini mengandung kekerasan, kegiatan penuh darah, kegiatan psikopat, bagi kalian yang tidak suka/tidak bisa/belum cukup umur dalam bacaan seperti yang disebut diatas, dimohon ketanggung jawabannya dalam membaca chapter ini!

Author akan kasih tanda mulai adegan kekerasan hingga berakhir, jadi bagi yang tidak suka adegan kekerasan tersebut bisa langsung skip ke cerita lanjutan!⛔

Oh ya, satu lagi, mohon jangan laporkan, atau komen tentang identitas kalian di komen cerita ini, contoh tentang umur kalian! Sekian terima kasih~

***

Mohon baca note di atas terlebih dahulu!

{Violent Scenes Begins - Adegan Kekerasan Dimulai}

Tubuh gadis itu tak henti-hentinya mengeluarkan peluh. Terlihat jelas gerakannya yang gemeteran tak kunjung henti. Namun tetap saja ia tunjukkan senyumnya, senyum meremehkan itu.

"GAH!GAHAHAHAHAHAHAHAHA!!"

"Kau masih bisa tersenyum, sayangku?" ucapnya kembali meski ia sudah mengatakannya berkali-kali.

Alat pemukul dari rotan berduri itu ia gunakan tuk mengelus pipi gadis di hadapannya. Kemudian diturunkannya perlahan menuju dagu, lalu kembali naik ke bibir. Dalam hitungan detik, ia menyumbat birai gadis itu dengan rotan berduri tersebut. "Gh!Ehek!!" rontanya tak henti menangis.

"Aku akan membuatmu menjadi milikku, sayang." bisik pria itu pada telinga [y/n], membuatnya bergidik jijik di tempat. Meskipun begitu, gadis dengan kulitnya yang penuh warna merah darah itu sudah dalam keadaan setengah sadar di tempat. Ia tak tau lagi apa yang benar dan apa yang salah, apa yang harus ia lakukan dan apa yang tidak seharusnya ia lakukan.

"GOH! OHOKK!! OHOK!!" eluh gadis itu terbatuk-batuk begitu pria di hadapannya mengeluarkan alat itu paksa dari mulutnya. "Sekarang katakan, apa kau sudah siap menikah denganku, manis?"

Seakan berdenging di telinga, ucapan pria itu tak lagi terdengar oleh [y/n]. Kalau boleh jujur, diapun mulai tak mengenali siapa orang di hadapannya ini. "L–Lev.."

"Hah?" celetuk pria itu menarik dagu gadis itu kasar. "Le–vi." sebutnya lagi dengan tatapan mata sayu yang sebelumnya menatap tajam ke arah pria berbadan besar itu. Bahkan senyum yang beberapa detik tadipun sudah menjadi senyum terakhirnya hari ini.

"Katakan kau bersedia menikah denganku," ujarnya lagi di depan wajah gadis itu. Namun seakan tuli, tak ada jawaban dari [y/n]. "KATAKAN!!!" teriaknya semakin kesal sembari langsung berdiri dan menendang perut gadis itu.

Lantas [y/n] tak lagi merintih kesakitan, tubuhnya benar-benar hilang rasa saat ini. Mungkin beberapa sarafnya sudah mulai rusak akibat permainan gila dari psikopat di hadapannya tadi.

Tak cukup sekali, pria psikopat ini mulai menarik kasar surai [y/n], lalu mendorongnya hingga menubruk tanah di bawah mereka. Untung saja tempat ini beralaskan tanah, bayangkan saja kalau tempat itu beralaskan lantai kayu? Atau lantai keramik? Atau batu sekalipun? Entah jadi macam apa kepala gadis itu nanti. Bisa dijadikan lemper mbak wati di kantin.

Terlihat penat dengan kegiatan yang dilakukannya sejak dua jam yang lalu, pria bertubuh besar ini mengambil sebotol air yang tak jauh darinya.

Begitu selesai meneguk beberapa liter air, pria ini kembali menatap wanita malang di hadapannya. "Kau mau?" selayaknya berbicara dengan mayat, yang ditanyai bahkan tak bisa lagi membuka mata saking bengkaknya.

Is This The Last Time? [Levi x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang