Eighth Part || Is This The Last Time?

1K 160 98
                                    


Song : Astrid.S - Hurts So Good

SIKEEEEE NIH AUTHOR UP YAK! JANGAN DIBAKAR RUMAH AUTHOR, SAYONARA!

Author tiba-tiba kepikiran gwengs.. Hum keliatannya akang gendang–eh akang Lipai terlalu ngebucin gak sih di ini cerita? Apa author aja yang pikir kayak gitu..?🤔🤔

Btw author ingin curhat sesuatu di bawah cerita, mohon dibaca yak😭
Gamau? Ya udah sih :(


***

Berbondong-bondong, bergerumul, juga saling mendorong, tak ada satupun yang dilewatkan oleh masyarakat. Tentu saja, siapa yang mau melewatkan kesempatan ini? Setidaknya melihat rupa prajurit manusia terkuat saja, rasanya sudah seperti diberkati.

Lah kita? Beda dunia–eh.

Terlihat begitu banyak pasukan berkumpul di atas kudanya untuk mengunjungi daerah 'gelap' terakhir, yang menjadi satu-satunya harapan terakhir bagi Levi untuk menemukan keberadaan'nya'.

Jika saja..
Jika saja gadis itu tak juga ia temukan di sana..? Apa yang akan terjadi pada gadis itu? Apa yang akan terjadi pada pasukan pengintai? Dan pertanyaan yang tak akan bisa hilang dari pikiran mereka, apa yang akan terjadi pada kapten mereka?

Begitu banyak ekspresi heran, penasaran, maupun terkejut melihat pergerakan pasukan pengintai di malam hari. Apa yang akan mereka lakukan? Apa mereka mau cari mati dengan melakukan ekspedisi di malam hari?

Pertanyaanpun tak berhenti muncul di benak mereka. Lantas mereka hanya bisa melihat kuda-kuda yang mulai berjalan membawa pengendara mereka, ke tempat yang diarahkan. Hingga akhirnya, tak ada satupun dari mereka yang masih kelihatan dari pandangan masyarakat.

Pasukan pengintai yang terdiri dari dua regu, dipimpin oleh Levi. Mereka melaju dengan cepat, tak menunggu, dan tak akan melihat ke belakang, jika saja ada yang tertinggal. Karena mereka semua tau, kesabaran kapten mereka sudah di ujung tanduk. Bagaikan vampire yang siap menerjang apapun, agar ia bisa mendapatkan darah untuk memuaskan nafsunya. Tapi, lain hal dengan pria satu ini. Ia siap menerjang apapun, agar ia bisa mendapatkan gadisnya, demi kehidupannya.


***


"Berikan aku alasan, kenapa aku harus menerimanya?" Tak sepenuhnya pulih, namun gadis ini terlihat lebih baik dari sebelumnya. Perkembangannya terlihat dari lancarnya ia berbicara, bahkan tatapannya pun kembali. Tatapan kucing liar, miaw.

"Tentu ada banyak, darling." Balas mahluk yang tengah duduk membaca surat kabar. "Bullshit." Tawa kecil berhasil lolos dari birai gadis ini. Dilanjutkan dengan tatapan malasnya yang memutar bola matanya.

"Contohnya, karena aku tampa–"

"Jangan berani kau selesaikan kalimat itu. Kau tau aku tidak tahan dengan kebohongan." Meskipun gadis ini memberikan reaksi ingin muntah di hadapannya, namun pria ini tak lagi emosi seperti diawal mereka bertemu.

Setelah ia tinggal bersama gadis ini dalam beberapa minggu, ia sadar bahwa berbagai ekspresi gadis inilah yang membuatnya jatuh cinta. Lantaran, gadis yang tak berekspresi beberapa jam lalu, membuat rasa iba dalam pria ini muncul entah dari mana. Jangankan iba, ia bahkan merasakan sakit yang meski tidak seberapa jika dibandingkan dengan sakit yang dirasakan oleh gadis itu.

Is This The Last Time? [Levi x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang