"Haechan! Aku bosen.."
Renjun menatap jengah pada Haechan yang sedang serius menatap layar laptopnya, merekam tiap adegan laga yang ditampilkan di film, ke dalam ingatannya untuk nanti ia ceritakan sebagai aksi spoiler pada teman-teman rimbanya.
"Hm?"
"Bosen Chan bosen! Njun bosen~"
Haechan menekan tombol pause, mengalihkan seluruh atensinya pada si manis yang sedang memberengut lucu sambil memeluk bantal. Ia terkekeh, lalu menjawil hidung bangir itu gemas.
"Tadi ngajakin nonton film, sekarang bosen?" tanyanya sembari memasukkan stik keju ke dalam mulutnya.
Renjun mencebik rendah, "aku kan nggak suka film kaya gitu," tunjuknya pada layar yang kini menampilkan aktor tampan Harris Dickinson dalam balutan jas dan kacamata hitam. "Kamu mah!" protesnya.
"Ya terus kamu mau nonton apa sekarang?"
"Nggak mau nonton! Udah bosen," semburnya.
Masih dengan kekehan yang menurut Renjun menyebalkan, lelaki berkulit tan itu menekan kedua sisi pipi Renjun hingga bibirnya maju beberapa senti. "Ulululuuu gemes aku tuh!" pekiknya.
"Aku masakin mau nggak?" tawarnya kemudian.
Dengan bibir yang masih mengerucut akibat ulah Haechan tadi, Renjun menggumam. Meletakkan telunjuknya di dagu seolah sedang berpikir dengan keras. Tawaran Haechan memang menggiurkan, karena masakan yang dibuat oleh lelaki itu tidak pernah tidak enak. Lagipula, Haechan juga sudah jarang memasakkannya makanan setelah hampir seluruh waktunya disita oleh kesibukan.
Dengan gerakan lamban, Renjun beringsut mendekati Haechan dan mendudukkan dirinya di pangkuan yang lebih muda. Mendongakkan kepalanya, lalu mengecup gemas dagu yang sudah tampak ditumbuhi rambut tipis itu.
"Ayo masak," ujarnya kemudian. "Bikin ala-ala kamu chef nya, terus aku jurinya kkk~" lanjutnya dengan suara terkikik yang lucu.
"Heleh, bilang aja kamu kangen masakan ku~" goda Haechan sambil menggoyang-goyangkan tubuh Renjun di pangkuannya.
"CHAN!"
"Hehe, iya-iya yuk.. kita masak~"
Hidung Renjun kembali menjadi sasaran kegemasan Haechan, sebelum tubuhnya dengan ringan diangkat ala koala menuju pantry. Haechan sendiri heran, kenapa tubuh Renjun yang sedang mengandung anak mereka itu tidak terasa berat sama sekali. Beda cerita dengan sang papa; Johnny, yang langsung mengeluh tidak kuat ketika dulu Ten yang sedang hamil besar meminta untuk digendong.
"Echan, turun!"
Haechan menurut, kemudian menurunkan tubuh Renjun di atas kursi yang menghadap langsung dengan pantry. "Mau dimasakin apa?" tanyanya.
"Pancake souffle!" Renjun menjawab dengan semangat, mengingatkan Haechan pada kudapan manis yang dulu sering ia bawakan saat Renjun masih berpacaran dengan Jeno.
Sambil tersenyum, Haechan mengangguk. Ia mengusak lembut surai Renjun sebelum mulai mengambil bahan-bahan untuk membuat makanan penutup bertekstur lembut itu. Tidak banyak memang bahan yang dibutuhkan, namun diperlukan keahlian agar adonan yang dibuat nanti bisa mengembang sempurna dan tidak pecah.
Renjun sendiri pernah mencoba membuat dan gagal. Karena kesalahannya ketika mengocok telur dengan praktis memakai mixer dan menyebabkan adonan menjadi berbusa.
"Wae neoneun nareul mannaseo~"
"Jangan nyanyi Chan, suara kamu jelek tau!"
Haechan tertawa geli, menatap Renjun acuh dari balik pundaknya sambil melanjutkan nyanyian yang tertunda. Jangan salah paham ya, karena Renjun tadi hanya mengucap dusta. Kata siapa suara Haechan jelek? Wong, Renjun bisa sampai tertidur pulas karena dialunkan lullaby oleh Haechan setiap malam kok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Hubby | Hyuckren [✓]
FanfictionLee Haechan mencintai Renjun. Sesederhana itu alasannya hingga berani mengambil keputusan besar dalam hidup. Menikah di usia yang sangat dini, bertanggung jawab atas Renjun dan anaknya kelak. Memang berat, mengingat sang jabang bayi yang dikandung R...