"Renjun! Astaga, kamu kenapa bisa disini? Kamu sakit? Ada yang sakit?"
Haechan dengan kondisi panik, berkali-kali bertanya dan memeriksa keadaan Renjun dari atas sampai bawah demi memastikan bahwa kesayangannya baik-baik saja. Setelah mendapat telpon dari istrinya tadi, Haechan yang sepulang sekolah seharusnya masih ada agenda untuk menjadi tutor bagi para adik tingkatnya di ekskul basket, langsung menitipkan tugasnya pada Hyunjin dan pergi ke rumah sakit sesuai ucapan Renjun.
"B-bukan aku.." Renjun mencicit, kemudian menarik tangan Haechan yang masih sibuk memeriksa tubuhnya menuju sebuah ruangan. "Anak itu yang luka." tunjuknya pada sosok anak laki-laki yang kini terbaring di ranjang dengan beberapa bagian tubuh penuh luka.
"Dia siapa?" tanya Haechan.
Renjun menggeleng, "Njun nggak kenal.."
"Hah?" Haechan mengusap kasar telinganya, "gimana deh?"
Renjun menghela, sebelum akhirnya menarik Haechan lebih dekat pada si anak. Dan Haechan tak bisa untuk menahan ekspresi ngeri di wajahnya kala melihat kepala dan tangan si anak laki-laki yang ia taksir berumur sepuluh tahun itu, dibalut perban cukup tebal dengan darah kering yang menimbulkan jejak.
Ah, jadi ini yang menyebabkan kegundahan hatinya sejak tadi.
"Aku tadi ketemu dia di minimarket, Chan," Renjun mulai bercerita tanpa diminta, mengusap surai anak itu dengan penuh kasih sayang. "Kasihan deh, dia berdiri terus di depan box eskrim tapi abis itu keluar minimarket dan nggak beli apa-apa."
"Ah begitu, terus?"
"Ya akhirnya aku beliin es krim buat dia," Renjun menoleh takut-takut pada Haechan, melihat bagaimana respon suaminya itu padanya. Namun ia tidak menemukan apapun selain senyum teduh di sana.
"Lanjut?"
"Hm, dia seneng banget pas aku kasih eskrim. Lucu deh. Abis bilang terimakasih, dia lari gitu aja ninggalin aku," jawab Renjun. "Tapi pas nyebrang, lampu lalu lintas pas banget ganti warna jadi hijau."
Haechan mengusap pundak Renjun begitu suaranya terdengar sendu. Buru-buru ia menyela, "oke, aku paham.."
"Aku belum selesai cerita!" gerutu Renjun.
Baiklah, Haechan mengalah. "Oke Injunie, lanjut?"
"T-terus, ada motor yang kenceng banget nabrak dia padahal kendaraan lain udah kasih lewat!" tampak sekali gurat marah dan kesal dari mata Renjun. "Echan! Lihat coba, kasihan kan dia?"
Haechan membenarkan Renjun. Dengan lembut, lelaki itu ikut mengusap rambut si anak yang belum sadarkan diri. "Terus keluarganya mana?" tanyanya, yang langsung ditanggapi gelengan oleh Renjun.
"Nggak tau.."
"Terus gimana?"
"Apanya?"
"Anak ini.. biaya rawat dan segala macamnya gimana?"
Renjun terkekeh, lalu menggelayuti lengan Haechan. "Kayaknya dia nggak punya siapa-siapa, Chan.."
"Loh?"
"Ung.. Haechanie~" Renjun menyatukan kedua jari telunjuknya di depan dada, menatap Haechan dengan mata bobanya. Berusaha membujuk suaminya itu untuk kembali mau menuruti permintaannya. "Dokter bilang, anak ini harus segera dipindah ke ruang perawatan. Tapi sebelum itu, Njun tadi diminta buat hubungi keluarganya, buat bayar biaya administrasi.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Hubby | Hyuckren [✓]
FanficLee Haechan mencintai Renjun. Sesederhana itu alasannya hingga berani mengambil keputusan besar dalam hidup. Menikah di usia yang sangat dini, bertanggung jawab atas Renjun dan anaknya kelak. Memang berat, mengingat sang jabang bayi yang dikandung R...