flashback on
.
Haechan berkali-kali menghembuskan napas panjang. Matanya dengan gelisah bergerak menatap interior rumah milik Renjun. Ia gugup, terlebih ketika ditatap sedemikian intens oleh Na Yuta.
"Diminum ya.." Winwin datang tak lama kemudian, sambil membawa dua gelas kopi untuk Haechan dan Yuta.
"Makasih, Tante.."
Haechan mengambil gelas berisi kopi yang disodorkan oleh Winwin. Matanya mengedar, lantas menenggaknya cepat guna menetralkan gugup yang kian hebat menyerang.
Sebelah tangannya masih setia menggenggam tangan Renjun, berusaha menyalurkan kekuatan meski dirinya pun membutuhkan.
"Jadi?"
Suara berat Yuta menyapa indera pendengarannya, membuat Haechan yang tadi menunduk menatap meja mendongak. Mata tajam Yuta terasa semakin mengintimidasi sekarang.
"Chan," Renjun menarik lengan baju Haechan dengan kuat. "Jangan! Pikirin lagi. Aku mohon.." lirihnya.
Haechan tidak membalas. Pemuda itu hanya tersenyum, meyakinkan pada sang kesayangan kalau semuanya akan baik-baik saja.
Dengan sekali tarikan napas, Haechan menatap Yuta dan Winwin mantap.
"Om, Tante maaf.. Renjun hamil."
Bak disambar petir di siang bolong, Yuta terkekeh sambil melepaskan puntung rokok yang tadi berada di selipan bibirnya. Lelaki berkepala empat itu bangkit, berjalan memutari meja dengan Haechan yang masih dengan berani menatapnya.
"Diam di tempat, Win!" Winwin yang tadi hendak menghampiri Yuta manut begitu saja. Terlalu takut pada aura dominan sang kepala keluarga.
"Coba ulangi!" Yuta menatap Haechan dengan tajam, membuat yang ditatap meneguk ludahnya kasar.
Namun bukan berarti Haechan gentar. Terlebih setelah merasakan tangan di genggamannya bergetar hebat. "Renjun hamil, Om.. dan itu anak saya."
PLAK!
"YUTA!!"
Winwin menggigit bibir bawahnya kuat, menahan tangis saat melihat anak bungsunya ditampar oleh sang ayah. "Y-Yuta.." lirihnya. "Jangan.."
Renjun sendiri sudah menunduk dalam dengan air mata yang mengalir deras. Pipinya sakit dan perih. Namun hatinya lebih sakit. Ini adalah tamparan pertama yang ia terima dari sang ayah. Seumur hidup, seburuk apapun kesalahannya, Yuta tidak akan pernah memperlakukannya dengan kasar.
Tapi kali ini, Renjun cukup tahu diri.
"Mama Sicheng.."
Winwin menoleh, tersenyum getir saat melihat anak kakaknya berjalan pelan ke arahnya. Rambutnya masih acak-acakan, khas bangun tidur. Itu Lucas, sepupu Renjun.
Lucas menatap pemandangan di depannya dengan bingung. Ada Haechan, Renjun, lalu.. kenapa Yuta tampak sangat marah?
Lama berpikir, ia akhirnya menemukan jawaban sendiri. Terlebih saat Yuta mengajukan pertanyaan sakral pada Renjun.
Dalam hati ia benar-benar memuji kebaikan Haechan. Pemuda itu benar-benar layak mendapat gelar sebagai malaikat tanpa sayap.
Yuta memajukan tubuhnya, lalu mencengkeram rahang Renjun. "Renjun sayang.. benar kamu hamil?" tanyanya lembut.
Renjun tak segera menjawab. Batinnya berteriak menolak. Ia tidak mau Haechan bernasib buruk setelah ini akibat mengakui kesalahan yang bahkan tidak ia lakukan. Renjun tidak bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Hubby | Hyuckren [✓]
FanficLee Haechan mencintai Renjun. Sesederhana itu alasannya hingga berani mengambil keputusan besar dalam hidup. Menikah di usia yang sangat dini, bertanggung jawab atas Renjun dan anaknya kelak. Memang berat, mengingat sang jabang bayi yang dikandung R...