Pagi ini di kediaman Lee, terjadi sidang kecil-kecilan. Duduk masalahnya adalah tentang Haechan yang terkejut terheran-heran dengan keputusan sepihak yang diambil oleh sang papa. Sebenarnya daripada sidang, pertemuan dua lelaki Lee itu lebih pantas disebut dengan debat. Ya sedari tadi, Haechan tak henti mendebat keputusan Johnny yang dirasanya sangat mendadak.
"Pa, pikirin lagi coba deh!"
"Apa?"
Sambil membuka bungkus permen yang tergeletak entah sudah berapa lama diatas meja kerja papanya, Haechan menggumam. "Papa nggak mau kan itu cabang yang baru dibangun langsung bangkrut gara-gara CEO nya modelan aku? Maksudnya, biarin gitu Haechan belajar dulu, kuliah dulu.."
"Ya kalau bangkrut tinggal kamu aja nanti Papa jual ke pasar gelap,"
Sontak, ucapan Johnny barusan membuat permen rasa mint yang baru saja memasuki mulut, tertelan bulat-bulat oleh Haechan. Menyebabkan anak itu menepuk-nepuk meja dengan mata melotot dan wajah memerah. "PA AIR!!"
Gelak tawa menggelegar milik Johnny langsung terdengar ke penjuru ruangan. Dengan kedua tungkai jenjangnya yang melangkah cepat menuju dispenser guna mengambilkan air untuk sang anak. "Ada-ada aja sih?!"
gluk gluk..
"Ah~" Haechan mendelik tajam pada sang papa yang masih setia dengan tawa menyebalkannya di atas kursi. "Anaknya kesedak, bukannya langsung dibantu malah diketawain. Ada akhlak kah begitu?" sinisnya.
Mengabaikan ucapan Haechan, Johnny meredakan tawanya dan kembali pada mode serius. "Dengerin ya, semua berkas perusahaan sekarang sudah atas nama kamu; Lee Donghyuck. Dan kalau Papa nggak salah ingat, peresmiannya dijadwalkan kurang lebih beberapa bulan lagi,"
"Dan beberapa bulan lagi itu kapan, Pa? Aku nggak mau ya nanti malah sibuk ngurusin itu cabang pas anakku baru aja lahir,"
"Berapa lama lagi istrimu melahirkan?"
Haechan tiba-tiba tersenyum lebar, lalu menangkup kedua pipinya dengan tangan. "Maybe, dua bulan lagi?"
Senyum Haechan itu menular pada Johnny. Membuat lelaki yang hampir menginjak kepala lima itu mengangkat tangannya untuk mengelus kepala Haechan. "And after this, you will be just like me. A dad who has full responsibility for family, isn't it too fast?"
Dengan senyum yang masih sama lebarnya seperti tadi, Haechan menangkap tangan besar Johnny yang masih bertengger di kepalanya. Mengelusnya dengan lembut, menunjukkan kalau Haechan yang ada di hadapannya sekarang adalah Haechan yang sama dengan Haechan belasan tahun lalu yang masih berwujud bayi merah. Haechan yang sama dengan Haechan yang pertama kali memanggilnya Papa. Tidak akan ada yang berubah.
"Bener, Pa. Semuanya berjalan cepat. Tapi aku tetep Haechan, anaknya Papa. Jangan sedih gitu, sebentar lagi punya cucu loh.."
"Siapa yang sedih sih?!" dengus Johnny, lalu menarik tangannya kembali dan bersidekap dada dengan pandangan datar andalannya.
"Heleh, tsundere bener orang tua!" cibir Haechan. "Jadi gimana, Pa? Undur aja ya? Tunggu Haechan belajar dulu," lanjutnya bernegosiasi.
"No! Kamu bisa sambil belajar kok," elak Johnny. "Lagian Chan, isn't this what you want?"
Haechan mendesah, lalu mendudukkan dirinya di depan kursi kebesaran Johnny. Memutar-mutar kursinya dengan gaya sok keren, yang pastinya akan langsung dicibir oleh Ten jika pria manis itu berada di sana sekarang. "Yes but.. is it not that fast, Pa?"
"I don't think so. You can prepare everything carefully from now on." Johnny memandang anak semata wayangnya itu dengan senyum tipis, menyerahkan kembali dokumen lain berisi kelengkapan cabang di Seocho atas nama Lee Donghyuck.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Hubby | Hyuckren [✓]
Fiksi PenggemarLee Haechan mencintai Renjun. Sesederhana itu alasannya hingga berani mengambil keputusan besar dalam hidup. Menikah di usia yang sangat dini, bertanggung jawab atas Renjun dan anaknya kelak. Memang berat, mengingat sang jabang bayi yang dikandung R...