𝟸𝟹. buah hati papa

21.9K 2.7K 761
                                    

"Kun, lihat tuh Papa mu. Udah kaya bayi tua, rewel." Winwin mendelikkan matanya jengah, menatap Yuta yang sejak pagi tadi tampak tak tenang seraya mengamati ponselnya yang tergeletak di atas meja.

Kun yang mendapat aduan seperti itu dari sang mama sontak mendengus geli. Hidup bersama selama dua puluh lima tahun, membuat lelaki tampan itu kelewat paham dengan sikap sang papa. Menurutnya, Yuta adalah sosok dengan tingkat keegoisan yang tinggi. Mempunyai karakter dan didikan yang keras karena lingkungan keluarga di tanah Jepang, namun terkadang juga bersikap kekanakan, dan sangat enggan mengungkapkan sesuatu yang sedang ia rasakan. Sangat berbanding terbalik dengan Winwin yang cenderung ekspresif dan perasa.

Meski begitu, Kun tahu kalau papanya sedang bersikeras menahan diri agar tidak terlihat antusias pada kedatangan adik dan adik iparnya yang katanya akan datang hari ini.

Dasar.

"Sarapan dulu, Pa?"

Yuta berdehem, kemudian beranjak dari kursinya dan menghampiri meja makan. Melihat satu persatu hidangan yang tersaji di depan mata, namun hanya berminat pada sereal.

"Kapan mereka datang? Kenapa nggak ngabarin Papa?" tanyanya begitu mendapat mangkuk dari Winwin.

Kun mengedikkan bahunya, sambil membenarkan letak dasi di kerah kemejanya. "Nggak tau, Pa. Mungkin siang? Lagian jam segini pasti pada belum bangun," ucapnya beropini.

Yuta menganggukkan kepalanya, lantas menyuap serealnya dengan perlahan. "Kamu sering perhatiin Renjun, Kun?"

"Iya. Tapi akhir-akhir ini aku sibuk, jadi jarang liat ke sana. Kenapa, Pa? Marah?"

Sambil mengusap bibirnya, Yuta menggeleng samar. "Ya udah sana berangkat,"

"Nanti aja, mau tunggu adek."

Winwin yang sedari tadi memperhatikan akhirnya ikut bersuara. Lelaki manis itu menarik satu tangan suaminya yang bebas, kemudian diusap dengan lembut. "Yuta.."

"Hm?"

"Jangan kalap lagi ya? Aku takut.."

Yuta menelan sarapannya dengan susah payah ketika suara lirih Winwin merasuki inderanya. Lidahnya terulur dengan cepat, membasahi bibir bawahnya yang terasa kering.

"Haechan anak baik, dan kamu tau itu.." sambung Winwin.

"Iya, maaf."

"Minta maaf sama Haechan. Dia udah jagain anak kita dan jadi sosok pengganti selama kita nggak ada." Winwin tersenyum manis.

"Papa mana mau." sahut Kun, yang sukses mendapat death glare dari sang papa.

Yuta menghela napas panjang. Ia mendorong mangkuk serealnya dan beralih bersandar pada kursi meja makan. Pikirannya berkelana, carut-marut pada satu titik. Selama di China, ia tidak serta-merta angkat tangan pada keadaan anak bungsunya. Lewat beberapa orang kepercayaan, ia mengetahui kalau pertanggungjawaban yang dikatakan oleh Haechan adalah benar. Sama sekali tidak ada laporan tak mengenakkan terkait kondisi anaknya. Meski ia sempat mengetahui tentang keguguran yang dialami sang anak, namun sikap jantan Haechan yang berhasil membuat kepedihan Renjun menguap, berhasil mengalihkan opini buruk dalam hatinya. Membuatnya yakin, kalau ego nya harus diturunkan sedikit demi sedikit.

Kejadian satu itu juga lah yang menjadi titik balik mengapa Yuta akhirnya mengambil keputusan untuk kembali. Meski sempat tertunda karena harus mengurus beberapa hal, termasuk kondisi kesehatan mertuanya yang sudah renta.

"Papa mau ke depan dulu."

"Ngapain, Pa?"

"Nunggu adikmu."

Best Hubby | Hyuckren [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang