"Ma n'atu sole
cchiu' bello, oi ne'..
'o sole mioO— HOAM!"
Jika hampir sembilan puluh persen murid di sekolahnya menyukai mata pelajaran musik, terlebih musik klasik; seperti yang sedang dipelajari kelasnya hari ini, maka hal itu tidak berlaku bagi pemuda Jung kelahiran september satu ini.
Iya, siapa lagi kalau bukan Jung Sungchan.
Anak itu benar-benar gerah dan tidak betah. Kakinya terasa gatal ingin segera keluar kelas, utamanya demi menghindari tunjukan Choi Songsaenim pada satu persatu muridnya untuk maju dan mempraktekkan hasil ajarannya. Sebenarnya Sungchan menyukai musik. Tapi pengecualian bagi musik klasik. Ia hanya suka mendengar, namun tidak untuk menyanyikan. Kau tahu? Suaranya akan terdengar seperti anak kambing ditarik tali pengikatnya, jika memaksa bernyanyi dengan nada tinggi seperti itu.
Dan kini, ia hanya menelungkupkan kepalanya malas diatas meja. Kertas berisi lirik lagu yang tadi dibagikan sang ketua kelas, sekarang sudah tergeletak mengenaskan di atas lantai bawah mejanya.
"Bosen banget!" gerutunya.
Matanya lantas beralih pada sang teman sebangku; Lucas, yang mulutnya kini sibuk bergerak mencoba mengikuti arahan Choi Songsaenim.
"Lucas.." bisiknya.
"Hm?"
"Bosen! Ayo keluar!"
"Nggak dulu, lagunya enak ini. Mama gue sering puter di rumah soalnya,"
Mendengar itu, Sungchan langsung cemberut. Kepalanya dengan pelan bergerak ke samping kiri, menatap kursi kosong milik Jeno.
"Kangen Jeno deh jadinya~" ujarnya super pelan. "Nanti pulang ke rumah Jeno dulu skuy? Dia nggak ada keterangan apapun, gue takut dia ternyata sakit dan nggak ada yang rawat,"
Lucas meletakkan kertasnya ke atas meja, kemudian balas menatap Sungchan dengan datar. "Lo rewel, berisik." cercanya. "Tapi gue juga bosen. Ayo keluar,"
"Daritadi dong!!"
Sungchan tersenyum lebar, kemudian melirik jam dinding di kelasnya. Jarum panjangnya baru menunjuk pada angka 2, sedangkan kelas berakhir di angka 6. Ya lumayan, 20 menit. Ia bisa menghabiskan satu batang rokok sambil bermain gitar di atap bersama Lucas.
"Permisi, Guru Choi!"
"Ya, Lucas?"
Choi Songsaenim membalikkan badannya, lalu tersenyum ramah pada Lucas yang baru saja berdiri dari kursi bagian belakang.
"Ada pertanyaan?"
"Tidak, Saem. Ini, Sungchan sakit perut. Kayaknya ambeien," Lucas menunjuk Sungchan yang beruntungnya langsung paham dan langsung melakukan aktingnya dengan berpura-pura meringis sakit di atas kursi. Pemuda Wong itu lalu memberikan senyum lebar penuh dustanya pada Choi Songsaenim yang kini melirik khawatir pada Sungchan. "Saya mau mengantarnya ke ruang kesehatan," lanjutnya.
"Sungchan, kau baik-baik saja?"
"T.. tidak, Saem. Perutku sakit sekali. Rasanya seperti akan datang bulan,"
Lucas melebarkan kedua matanya yang sudah lebar, lalu menunduk sedikit dan menunjukkan kepalan tangannya pada Sungchan. Seolah mengatakan "lo laki ya goblok! Mana bisa datang bulan!"
Namun memang dasarnya Choi Songsaenim baik hati dan mudah dibohongi, kedua anak itu lulus. Sama sekali tidak ada kecurigaan, karena Lucas dan Sungchan memang tidak pernah berurusan buruk dengan mata pelajaran yang ia pegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Hubby | Hyuckren [✓]
FanfictionLee Haechan mencintai Renjun. Sesederhana itu alasannya hingga berani mengambil keputusan besar dalam hidup. Menikah di usia yang sangat dini, bertanggung jawab atas Renjun dan anaknya kelak. Memang berat, mengingat sang jabang bayi yang dikandung R...