beberapa chapter kedepan akan fokus pada titik dan penggalian masalah utama, si biang dari segala biang alias lijeno. mari kita selesaikan jeno dulu sebelum menyambut kelahiran keponakan :>
yang nggak mau aku ajak gali masalah, isokeee
happy reading!
───────────
Sabtu malam. Hari hampir berakhir saat Jaemin memaksa kedua matanya yang sudah memerah menahan kantuk itu untuk terus terbuka. Lelaki bersurai merah muda itu terus melirik pada arah pintu yang celahnya sedikit terbuka, menunggu sosok jangkung yang beberapa jam lalu sempat berpamitan padanya.
Katanya, bekerja. Padahal Jaemin tahu, itu hanya bualan seorang Jeno semata.
Kedua kelopak dengan hiasan bulu yang lentik itu, hampir kembali tertutup. Sebelum telinganya menangkap suara engsel pintu yang berderit.
"Darimana?" tanya Jaemin dingin. Itu adalah suara pertama yang ia keluarkan, saat melihat Jeno yang baru datang, berjalan dengan langkah pincang sedikit terseok seraya memegangi pelipisnya.
"Kamu darimana, Jeno?"
"Kerja," Jeno memandang Jaemin dengan mata yang sayu.
"Bohong.."
Jaemin berdiri, lantas menarik tangan Jeno yang masih berada di pelipis kanannya. Membuat sesuatu yang berusaha Jeno tutupi, kini terlihat jelas. Membuat Jaemin mendengus dan berbicara dengan nada ketus. "Kamu.. berantem lagi, kan?"
"Na.."
"Mau sampai kapan, Jeno?"
Jeno menahan pundak Jaemin cepat, mencegah lelakinya itu untuk tidak meninggalkannya dalam kecanggungan.
"Aku minta maaf, Na.."
"Kamu selalu meminta maaf,"
"Maaf."
Jaemin menghembuskan napas, lantas berbalik untuk meraih tangan Jeno yang masih berada di pundaknya. Hampir hilang raut bahagianya, saat tahu kalau kekasihnya kembali pulang membawa luka. Jaemin menundukkan kepalanya kemudian, membawa Jeno turut serta.
"Aku nggak bisa liat kamu begini, Jeno.." katanya, dengan suara yang hampir berbisik.
"Kamu sakit. Kamu luka.." tangan lentik Jaemin dibawa pada pahatan indah namun tegas milik pemuda di hadapannya, membuat sang taruna memejam dan meringis saat jari itu sengaja menekan luka barunya.
"Aku nggak kenapa-kenapa,"
"Kamu selalu jawab gitu," Jaemin menghempas tangan Jeno dengan halus, kemudian berjalan menuju dapur untuk mengambil kotak p3k yang ia simpan di atas rak khusus. Setelahnya kembali lagi dan menarik tangan sang kekasih agar duduk bersamanya di atas karpet bulu, seraya mendengarkan televisi. Iya, mendengarkan.
"Aku tahu, Jeno.. kamu jelas nggak baik-baik aja. Berhenti sok kuat. Aku tahu berantem cuma pelampiasan atas rasa sakit yang kamu punya,"
"Aww! Sshh.. sakit Na.."
"Jangan sampe aku capek buat ingetin kamu ya, Jeno."
Jaemin mengusap luka memar yang masih baru pada pelipis dan telinga Jeno, kemudian tersenyum manis. "Omong-omong, aku lebih suka kamu bilang sakit kaya tadi,"
"Kamu lebih suka aku sakit, begitu?"
Jaemin meletakkan sentuhan terakhir pada luka Jeno dengan sebuah hansaplast bergambar karakter ryan kesukaannya. Wajah manis itu sedikit mendongak kala mengucap balas. "Kalau itu bisa bikin kamu lebih berekspresi dan terbuka, aku suka,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Hubby | Hyuckren [✓]
Fiksi PenggemarLee Haechan mencintai Renjun. Sesederhana itu alasannya hingga berani mengambil keputusan besar dalam hidup. Menikah di usia yang sangat dini, bertanggung jawab atas Renjun dan anaknya kelak. Memang berat, mengingat sang jabang bayi yang dikandung R...