"Sayang, bangun.."
"Injun pssttt.. wake up wake up~"
Haechan menepuk pelan pipi Renjun, berusaha membangunkan lelaki manis itu dari tidurnya. Terhitung sudah beberapa hari ini, selalu Haechan yang bangun lebih awal. Istrinya itu malah sekarang menjadi sulit dibangunkan, tapi di malam hari juga sulit tidur. Entah memang karena efek kehamilannya yang semakin tua, tapi Haechan merasa Renjun menjadi pribadi yang berbeda.
Renjun nya menjadi lebih malas untuk bergerak, bahkan hanya sekedar beranjak dari ranjang.
"Njun, bangun yuk.. sarapan terus minum vitamin,"
"Eung, Echan.." perlahan, kedua kelopak mata favorit Haechan itu terbuka. Sambil sesekali mengerjap pelan akibat terangnya sinar yang menggoda dari celah jendela.
Renjun tersenyum saat melihat suaminya duduk dan memandangnya dengan lekat. Senyum yang tipis namun tetap manis bukan main. "Ngantuk.." gumamnya seraya mengangkat tangan, mengarahkan jari-jari lentiknya pada permukaan wajah Haechan.
Sementara Haechan cukup diam, menikmati afeksi ringan yang diberikan. Sampai kemudian ia menyadari bahwa matahari sudah bergerak semakin tinggi.
"Ayo bangun, terus cuci muka." ajaknya lembut.
Renjun menganggukkan kepalanya beberapa kali, membuat surai lembutnya turut bergerak lucu. "Ung! Ngumpulin nyawa dulu," balasnya.
Haechan mengiyakan. Bergerak menegakkan tubuh setelah menyematkan sebuah kecupan selamat pagi pada kening Renjun, ia kemudian berlalu untuk mengambil handuk yang tergantung di balik pintu.
Renjun sontak mengerutkan kening melihat polah Haechan, "loh? Kamu belum mandi?" tanyanya.
Yang ditanya sontak terkekeh, menunjukkan raut meringis yang terkesan aneh. "Hehe, belum.."
Renjun merotasikan kedua matanya, menatap malas pada Haechan yang ia kira sudah lebih dulu pergi mandi. "Ya udah mandi dulu sana, habis itu gantian," titahnya, sambil bergerak untuk duduk dan merapihkan rambutnya yang berantakan bak simba.
"Siap, Mama!"
Renjun sontak melotot begitu Haechan memanggilnya dengan panggilan seperti itu. Hendak memprotes, namun sang pelaku sudah lebih dulu melarikan diri dengan tawa menggelegar puas sampai menggema di dalam kamar mandi. Senang sekali rasanya membuat Renjun merona malu.
"Dek, kamu udah bangun belum?" Renjun mengelus lembut perutnya, sambil beranjak turun dari kasur. "haus nggak? Mama haus nih, ayo kita ke dapur ambil minum."
Renjun kemudian pergi ke dapur untuk menuntaskan dahaganya. Ia mencampurkan air dingin dan panas yang tadi telah dimasak Haechan untuk membuat kopi— ke dalam gelas, lantas meneguknya dengan perlahan.
Setelah itu Renjun pergi untuk mencuci wajahnya di kamar mandi lain. Sambil melihat cermin, ia menekan-nekan kedua pipinya dengan jari telunjuk. Pipinya yang pada dasarnya memang tembam, sekarang malah seolah ingin tumpah.
"Gendut ya? Eum, tapi lucu hehe~"
Selesai dengan urusannya, lelaki mungil itu kembali ke kamar dan berdiri di depan cermin full body. Sambil tersenyum, ia menyingkap bajunya hingga sebatas dada. Menampakkan baby bump nya.
Di usia kehamilan yang memasuki dua puluh tiga minggu, Renjun mulai bisa merasakan pergerakan kecil dari janin dalam perutnya. Ia bahagia, sangat. Meski awalnya sempat tersirat rasa ingin melenyapkan janin tak bersalah ini.
"Njun?"
Renjun sedikit tersentak kala sepasang tangan dingin Haechan melingkari perutnya. Mengelus ringan punggung tangan yang masih berada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Hubby | Hyuckren [✓]
FanfictionLee Haechan mencintai Renjun. Sesederhana itu alasannya hingga berani mengambil keputusan besar dalam hidup. Menikah di usia yang sangat dini, bertanggung jawab atas Renjun dan anaknya kelak. Memang berat, mengingat sang jabang bayi yang dikandung R...