"Der, gue butuh kerjaan."
Hendery melepaskan tautan jarinya pada senar gitar milik Mark, praktis menoleh pada Haechan yang baru saja bergabung dengan mereka di rooftop sekolah.
"Hah?" beonya.
"Gue butuh kerjaan." ulang Haechan.
Mark yang sedang berusaha membuka tutup kaleng cola dengan sebuah penggaris, sontak mengernyitkan dahinya mendengar diktum Haechan. Raut bingung kini tercetak jelas di wajah tegasnya. Kenapa? Jelas saja. Ini Haechan yang bicara. Yang jelas-jelas orang tuanya punya kuasa dan banyak uangnya, lalu untuk apa Haechan membutuhkan pekerjaan?
"Open bo aja, Chan!" sahut Hyunjin.
Hendery mendelik pada lelaki Hwang satu itu. "Nggak usah bawa-bawa kerjaan deh, Jin!" cibirnya.
"Asu!"
"Serius nih gue!" decak Haechan akhirnya. Lelaki itu mengambil botol cola milik Mark, meminumnya dengan sekali tegak. "Lo pada tau sendiri semua kartu gue diblokir papa, barang-barang gue di apart juga dibawa sama dia," keluhnya.
"Jahat banget bokap lo," komentar Hyunjin. "Tuker tambah aja sama sugar daddy!" tambahnya.
"Lo diem aja deh, Jin!" sahut Mark.
Hendery meletakkan gitarnya sejenak, lantas mendekat pada Haechan dan mengusap pundaknya. "Lo mau kerja apaan emang?" tanyanya.
"Apa aja." sahutnya. Haechan kemudian menatap semua temannya yang juga saling pandang, hingga matanya tertuju pada si tampan yang asli Canada. "Mark, bokap lo lagi butuh model nggak?" tanyanya.
Mark terdiam sejenak, sontak mengingat pekerjaan ayah dan keluarganya yang bergelut di bidang seni fotografi. Ayahnya juga dipercaya menjadi direktur sebuah perusahaan majalah sejak tiga tahun lalu. Juga telah merekrut banyak model berbakat untuk perusahaan. "Coba nanti gue tanyain deh," jawabnya.
Haechan mendesah lega dan langsung merebahkan tubuhnya di lantai semen rooftop. Mengabaikan fakta kalau seragam putihnya itu akan kotor dan membuat Renjun melayangkan protes nantinya.
"Bukannya lo cerita kalau uang lo di dalam kartu udah dicairkan semua, Chan?" tanya Hyunjin.
"Iya,"
"Terus?"
Haechan menghela napas, memejamkan matanya sesaat. "Ya jumlahnya kan bakal berkurang setiap hari. Renjun juga butuh buat check up kandungan setiap bulan dan gue nggak bisa lah terus-terusan ngandelin uang di sana," jawabnya.
Ketiga temannya sontak mengangguk mengerti. Sedikit merasa miris pada kondisi Haechan sebenarnya. Haechan teramat baik sampai merelakan banyak hal untuk yang dicinta, membuat teman-temannya itu bangga. Tapi tak bisa dipungkiri, mereka kecewa pada awalnya.
Hyunjin bahkan sempat mendiamkan Haechan beberapa hari setelah temannya itu memberikan keputusan sepihak. Anak bermarga Hwang itu jelas marah, katanya Haechan bodoh. Mau-maunya diperalat sama Lee Jeno.
"Lihatlah dan bukalah mata hatimu~"
Mark tertawa sesaat setelah mendengar suara Hendery yang tiba-tiba bernyanyi lagu soundtrack fringe people alias orang pinggiran dengan diiringi gitar.
Sialan, Haechan tersindir jadinya. Apalagi anak itu bernyanyi tepat setelah Haechan selesai bercerita.
"Melihatnya lemah terlukaAaaaaAa!" sambung Hyunjin.
"Anying Hyunjin suara lo hahaha!"
Haechan hanya bisa menekuk wajahnya. Menatap tiga temannya yang sedang tertawa puas, masih dengan Hendery yang melanjutkan nyanyiannya dan memandang Haechan dramatis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Hubby | Hyuckren [✓]
FanfictionLee Haechan mencintai Renjun. Sesederhana itu alasannya hingga berani mengambil keputusan besar dalam hidup. Menikah di usia yang sangat dini, bertanggung jawab atas Renjun dan anaknya kelak. Memang berat, mengingat sang jabang bayi yang dikandung R...