𝟷𝟶. In dan Njun

22.5K 3.2K 394
                                    

"Chan! Lo masih butuh kerjaan ngga?" Mark datang dengan sebotol minuman isotonik di tangannya, menghampiri Haechan yang berada di lapangan basket seusai latihan.

Jangan heran, Haechan memang sedikit bebal. Meski lukanya belum sepenuhnya sembuh, anak itu tetap kekeuh latihan basket seperti biasa di sekolah. Ya meski tidak ikut bertanding antar tim, alias hanya latihan menggiring dan menembak bola.

Tetap saja membuat Mark yang sedari tadi memperhatikan ikut ngilu. Kalau kata Mama Ten sih, Haechan itu kulit badak. 

"Kerja apa?" Haechan menangkap botol itu dari tangan Mark, lantas meneguknya cepat. Wajahnya kini tampak merah akibat paparan sinar matahari, pun dengan tubuhnya yang berkeringat.

"Tadi Papa telpon gue, katanya ada job buat model sampul. Lo bisa dateng ke sana katanya kalau minat,"

"Wih, seriusan?!"

"Ho'oh."

"Kapan?"

"Pulang sekolah lo bisa ke perusahaan ketemu Papa, ntar gue temenin dah," ujarnya. "Tapi ya lo kudu di casting dulu kaya yang lain, oke kan?"

"Oke lah Mark!"  Haechan terkekeh senang, "Mark lo baik banget deh anjing!"

"Lo doang emang Chan dibaikin malah ngatain anjing," dengus Mark.

Sementara Haechan hanya menunjukkan cengiran konyolnya. Ia senang, akhirnya bisa mendapat pekerjaan dan menunjukkan pada sang papa kalau ia mampu bertanggung jawab atas Renjun.

"Omong-omong, Renjun udah pulang dari rumah sakit?"

"Udah kemaren,"

"Ke rumah?"

"Apart."

Mark menatap Haechan penuh tanya. "Sendirian dong?"

"Nggak lah, ada Mama." jawab Haechan.

"Kalian jadinya tetap tinggal di apartemen? Bukannya Om Johnny..."

Haechan mengangguki pertanyaan Mark, "Renjun masih nggak enakan sama Papa, jadinya setelah berunding kita milih buat tetap tinggal di apartemen," jawabnya.

Mark mengangguk mengerti, kemudian tersenyum pada Haechan. "Chan, serius nih ya. Lo kalo butuh bantuan ke kita-kita bilang aja ya? Jangan sungkan, kita nggak bakalan diem atau lari saat kondisi lo lagi kaya gini," ucapnya.

Haechan terkekeh pelan, sembari menyentil pelan kening Mark. "Berarti habis ini gue minta duit sama kalian aja ya?" tanyanya dengan raut konyol.

Namun diluar dugaan, Mark malah mengiyakan dengan santai. "Boleh, bilang aja lo butuh berapa,"

"Gila, Mark! Tak habis thinking aku!" decaknya.

"Serius, Chan!" balas Mark.

"Ya lo serius, gue yang bercanda goblok!"

"Lah kok ngamok?"

Haechan melengos, kemudian bergerak memeluk lututnya, juga menumpukan dagunya disana. "Kalo gue jadi model, gue bisa terkenal dong?" tanyanya.

Mark mengedikkan bahu, "ya tergantung keberuntungan lo aja," jawabnya.

"Lo, kenapa nggak jadi model deh, Mark?" tanya Haechan setelahnya. Ya, bingung aja Haechan. Papanya Mark kan direktur majalah dan merekrut banyak model berbakat, tapi Mark tidak menggunakannya sebagai kesempatan.

"Nggak minat,"

"Lo ganteng padahal," Haechan memindai Mark dari atas sampai bawah.

Mark sontak mengernyit jijik, "jangan bilang lo suka sama gue?!"

Best Hubby | Hyuckren [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang