19. Hampa

247 39 8
                                    

Tak terasa langit sudah berganti gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak terasa langit sudah berganti gelap. Seperti siang dan sore, Elang masih enggan untuk bertemu siapa pun. Gilang dan Tirta hanya khawatir, seharian Elang belum makan atau minum, bahkan jus yang Tirta bawa saja tak tersentuh oleh Elang.

Di sisi lain, Tirta masih penasaran dengan sosok yang duduk dekat brankar dan suaranya sendiri yang berteriak memanggil satu nama dari kedua kakaknya.

Tirta tidak mendengarnya dengan jelas, bahkan seperti redup lampu yang semula terang, saat itu justru melemah dan padam. Tirta sendiri bingung dengan waktu yang selalu berputar seolah mengulang kejadian yang ia tak taju perlahan mulai terlihat.

"Kak, gue mau nanya rahasia dibalik mimpi dan kata-kata lo tentang bangun, itu maksudnya apa?"

"Kenapa lo mau tahu banget? Mending lo makan, terus balik ke kamar dan istirahat, kalau lo mau sekolah besok."

Gilang merasa ada yang tak beres dengan rumahnya, Gilang merasa ada yang aneh dengan sikap Tirta, usai keluar dari kamar Elang.

"Kak, jawab gue! Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Gue ngerasa lagi ada di dua dunia dengan dua orang yang bertolak belakang."

Semua yang sudah Gilang pikirkan sejak tadi pun sirna. Gilang terdiam lalu beralih menatap Tirta yang duduk di depannya. Tatapnya tak lagi sehangat sebelumnya, Gilang pun mengulur sebelah tangannya kemudian menggenggam jemari Tirta. Yang semula mengepal. Tatap mereka bertemu, tak lama setelahnya Tirta kembali pada ruangan putih yang sama seperti saat bersama Elang.

"Kak Elang, ini gue Tirta."

Bagai embus angin, suara Tirta hanya sebatas itu. Bahkan nyaring monitor di sebelahnya jauh lebih keras dari suaranya sendiri.

"Kak, kalau lo bisa denger gue... bangun, Kak. Kita semua nunggu lo bangun."

Tirta terdiam, kemudian menoleh ke arah Gilang meminta jawaban tentang apa yang dilihatnya di depan sana. Namun, Gilang hanya diam. Gilang tahu ini semua salah, tapi detik berikutnya Tirta pun tersadar lalu melepas genggam tangan Gilang dengan tiba-tiba.

"Gue tanya sekali lagi, siapa lo sebenernya?! Gue nggak pernah suka dibohogin walau gue nggak suka sama Elang! Lo siapa?"

Suara teriakan Tirta benar-benar membuat Elang melangkah cepat mendekati pintu, ia terkejut karena Tirta jarang sekali berteriak.

Senyum itu kembali membuat Tirta cemas dengan semua hal yang sempat ia pikirkan. Jauh sebelum hari ini, beberapa hari lalu Tirta sempat bermimpi kalau ia akan melihat dua orang dalam bayangan yang berbeda. Seolah ia sedang dalam dua dimensi yang sulit ia duga, apakah itu nyata atau tidak?

"Kak Gilang!"

Jerit itu membuat Elang melangkah lebih cepat tanpa peduli bahaya yang ada di depannya. Sebisa mungkin Elang meraba pegangan tangga agar bisa menuruni anak tangga. Baru beberapa langkah suara Tirta yang semula ia dengar  kini, terganti oleh pecahan gelas dan suara barinton milik Gilang yang mengalun manis di udara.

Dive In (Sudah TERBIT) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang