Lima -- One year ago

721 83 1
                                    

Happy reading!

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





"Awal benci ku di mulai saat kau yang memang gemar mengganggu prestasi ku. Tetapi awal dendam ku, dimulai saat kau berani merusak mimpi ku."

-Aqeela.


Senin pagi yang cukup cerah. Hari ini, cuaca tidak menggambarkan mendung ataupun panas yang menyengit kulit. Sangat mendukung acara pemilihan ketua OSIS yang diadakan oleh sekolah ini. SMP Nusantara.

Di lapangan upacara, sudah berdiri sebuah tenda dimana tempat itu adalah privasi bagi para murid yang akan melaksanakan pemilihan. Juga berdirinya tiga kursi untuk para kandidat menunggu sebuah hasil keluar dari kotak suara.

Ini masih terlalu pagi. Semua murid masih bermalas-malasan untuk membangun semangat mereka belajar ke sekolah. Dan inilah saatnya para pekerja OSIS juga seniornya untuk mengatur susunan acara tersebut. Bahkan sebelum para guru datang dan mengecek semua persiapannya.

"Kil, kalo capek istirahat aja. Sini biar aku yang lanjutin itu." Eil meletakan kursi plastik itu untuk berbaris rata di barisan kursi para siswa. Ia menghampiri Aqeela lalu merebut kertas yang ada pada genggaman Aqeela.

"Enggak usah Eil. Gue bisa kok, ini juga bentar lagi selesai. Lo lanjut aja rapihin kursinya." Tolak Aqeela tak enak hati.

"Udah nggak papa. Kamu kan udah dari pagi banget ngecek-in absen satu-satu kaya gini. Aku sama Rassya tadi yang dateng agak telat, jadi bisa gantian. Kamu mending istirahat aja."

Aqeela merasa bahwa Eil terlalu formal. Ia tersenyum kecut dan hanya meng-iya kan pertolongan dari Eil tersebut. Walaupun mereka sudah kenal sejak kecil, namun jika Eil sudah bersikap terlalu formal seperti ini mungkin Aqeela akan merasa risih.

Aqeela mulai berjalan menuju pinggiran lapangan. Duduk di kursi yang kebetulan belum ditata rapih dan mulai meregangkan ototnya. Menatap para anggota OSIS yang sibuk berkerja.

Tak apa lah, ia hanya ingin istirahat sejenak sebelum fokus pada pemilihan nanti.

"Bagus, mentang-mentang kandidat. Anggota nya cuma lo liatin doang? Nggak ikut kerja? Lo tuh belum jadi ketua OSIS, tapi udah sok ngawasin kinerja mereka kaya gini. Enak-enakan duduk, yang lain pada kerja!" Omel seseorang di balik punggungnya.

Rassya. Ia berdiri disana dengan membawa beberapa lembaran kertas juga tinta spidol.

Aqeela menoleh, lalu membuang nafas kasar setelah tahu siapa gerangan yang sudah berbicara asal tentangnya. Matanya bergundah malas untuk memandang anak itu.

Rassya mendekat pada kursi Aqeela, "kerja, jangan duduk duduk doang!" Rassya menarik gelungan rambut Aqeela dan membuat gadis itu mendesis sakit.

"Apaan sih lo? Main tarik rambut orang aja." Ujar Aqeela lalu membenarkan rambutnya sendiri.

Still UnderageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang