Delapan

633 75 0
                                    

Happy reading!

"Kau hadir, tanpa aba-aba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau hadir, tanpa aba-aba. Rasa aneh ini juga hadir, tanpa ada notifikasi."

-Fahreyza.

Bayan mengacak rambutnya gusar, sudah satu jam lebih ia merasa frustasi disini. Di tengah-tengah perdebatan Rassya dan Aqeela. Berdebat lagi? Benar. Bayan bahkan hampir ingin berniat mengundurkan diri dari kelompoknya mengingat nasibnya pasti akan seperti ini.

"Udah berantemnya?"

Bayan menatap keduanya secara bergantian. Kini gilirannya untuk berbicara setelah tadi ia disurung-surung ketika ingin melerai.

Bayan menghela nafas sebelum melanjutkan bicaranya.

"Please, kali iniiiii aja. Jangan adu mulut dulu, pusing gue! Kerja sama dong, gue juga kan anggota kelompok kalian. Kalo kalian berantem terus,--"

"Lagian, kalo paralel itu ribet! Lo nggak paham sih!" Rassya tiba-tiba menyerobot kesempatan berbicara Bayan. Mengalihkan pembicaraan Bayan dan melirik sinis Aqeela.

"Justru kalo kita bisa bikin yang lebih bagus, kita juga dapet nilai lebih dong! Lo kan yang sebenernya nggak paham! Gue--"

"STOP! GUE BILANG STOP YA STOP!!"

Rassya dan Aqeela mematung. Bayan berhasil, keduanya akhirnya terdiam lagi.

"Udah ya! Stop! Kalo kalian debat mulu, kapan mulai bikin praktek nya? Jangan mentingin ego sendiri-sendiri! Giliran praktek kita yang belum jadi terus nggak dapet nilai malah adu mulut lagi! Saling nyalahin lagi! Gue juga nanti kena imbasnya kalo kalian nggak niat gini, gue juga ikut nggak dapet nilai! Pengen dapet nilai semua kan? Kerja bareng-bareng!"

Bayan duduk di bangku panjang itu, di tengah-tengah Rassya dan Aqeela yang masih berdiri saling melirik tajam.

Bayan menatap keduanya, lalu menarik tangan mereka untuk ikut duduk di sebelahnya.

Mereka menurut, duduk di kursi panjang di taman dekat SMP mereka. Mendiskusikan sebuah planning praktek mereka yang akan diajukan minggu depan pada pertemuan IPA selanjutnya.

"Nah, sekarang damai dulu." Bayan mengambil pergelangan tangan Aqeela lalu Rassya. Ia menyatukan kedua tangan tersebut agar mau bersalaman layaknya kedua musuh yang sedang damai.

Namun, "nggak!" Tolak keduanya dengan cepat. Menarik tangan mereka kembali dan mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Gue nggak bakal mau damai sama anak yang udah bikin gue kalah jadi ketos!" Aqeela melipat kedua tangannya di depan dada. Menatap nyalang musuh di depannya. Seperti tatapan binatang buas pada mangsanya.

"Lo pikir gue mau damai sama anak yang udah bikin siswa pada kecewa karena gue kalah jadi ketos. Dan itu ya karna lo!" Ucap Rassya tak kalah menyolot.

Still UnderageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang