Sembilan

619 72 1
                                    

Happy reading!

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Rassya berjalan ke arah taman untuk bergabung bersama kedua kelompoknya. Duduk dibawah pohon dengan cara lesehan, demi melindungi diri dari paparan sinar matahari siang ini.

Ini adalah keputusan Bayan. Keputusan akhir lebih tepatnya. Pagi tadi saat di sekolah terjadi suatu perbedaan pendapat lagi dari Rassya dan Aqeela.

Dimana Aqeela memilih belajar kelompok di rumahnya, sedangkan Rassya memilih rumahnya sebagai tempat belajar kelompok. Membuatnya ingin menggeret kucing dan tikus itu ke samudra langsung untuk di buang.

"Itu Rassya." Bayan menunjuk seorang cowok yang menenteng tas ransel juga kunci motor di jari telunjuk kanannya. Sedang berjalan menuju kearah mereka berdua. Berpenampilan biasa, hanya celana jeans pendek juga kaos berwarna hitam. Banyak yang bilang tampilan ini adalah tampilan ter-badai dari setiap cowok.

Aqeela memutar bola matanya, "perasaan yang cewek gue, kenapa yang telat dateng dia sih?" Sesalnya karena tadi sudah datang dengan buru-buru takut ternyata Bayan dan Rassya sudah menunggunya.

"Sya!" Panggil Bayan. Agar atensi Rassya menuju kearah mereka.

"Sorry gue telat, sekalian gue cari bahan-bahan prakteknya di jalan." Rassya ikut mendaratkan dudukannya di hadapan Aqeela dan Bayan. Mereka duduk melingkar di sebuah tikar, dengan buku di tengah-tengah.

"Nggak papa, Aqeela juga baru dateng lima belas menit yang lalu kok." Bayan memaklumi keterlambatan Rassya.

Rassya dengan segera merogoh tas biru nya dan mengambil apa saja yang sudah ia dapat di jalan tadi. Sebuah papan kayu persegi empat juga beberapa kabel listrik yang hanya berukuran senti meter.

"Yang bawa batre siapa?" Rassya bertanya sembari sibuk melihat-lihat buku panduan praktek nya.

"Elu." Aqeela menjawab.

"Hah?" Rassya mendongak cepat. Merasa ada yang salah dengan ucapan Aqeela.

Aqeela hanya menaikkan kedua alisnya, "ya elo kan." Ulangnya lagi.

"Bukannya lo?!" Bantah Rassya, meletakkan bukunya.

"Kan gue bawa bola lampu sama kertas folio!"

"Kertas folio buat apa?!" Tanya Rassya masih belum paham juga dengan persiapan mereka.

"Ya buat bikin laporan praktek nya lah! Lo juga, kenapa lo bawa kabel listrik? Itu kan bagiannya Bayan! Harusnya lo bawa batre sama papan kayu doang!"

Rassya menganga, otaknya masih belum bisa mencerna. "Tadi di sekolah kan kita udah sepakat, gue bawa papan sama kabel. Lo bawa batre sama lampu. Tinggal yang urus laporan itu si Bayan!!" Rassya masih terus membela pendapat yang ia dapat tadi saat di sekolah.

Still UnderageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang