Dua puluh

641 69 1
                                    

Happy reading!





"Sya, lo ngapain anjir."

"Kaki lo belum normal, Ca."

Alif dan Ical segera menghampiri Rassya yang sudah bangkit dan berjalan menuju tempat dimana mereka latihan basket.

"Gue mau ikut latihan."

Teman teamnya sontak mengerutkan kening, bahkan Jeffan yang sedang memasukan bolanya ke dalam ring langsung menoleh. "Lah, serius lo?"

Hari ini adalah hari terakhir dimana Rassya ditantang oleh Rey tentang kakinya. Kemudian besok, ia akan membuktikan pada Rey bahwa kakinya sudah cukup bisa diajak berjalan normal. Meski jika berjalan cepat, rasanya masih perih.

Siang ini, team Rassya berencana untuk latihan basket di lapangan sekolah. Tentu masih di jam sekolah, tak ada yang heran jika mereka selalu menggunakan lapangan sekolah untuk sekedar berlatih basket.

"Kalo belum bisa ya jangan maksain lah anjir." Bayan ikut mendekat.

"Kalian pikir gue manja?"

Jeffan dan Bayan saling pandang, tak habis pikir oleh apa yang diucapkan Rassya barusan.

Rassya kalo udah keras kepala gini, susah dibilangin...

"Lo pikir kita bakal biarin lo latihan pake kaki kaya gitu?" Alif yang membalas.

"Turnamen tinggal dua hari lagi," Rassya menyibak rambutnya. "Gue liat lo pada latihan serius amat... Masa gue sebagai ketua, cuma duduk ngeliatin doang." Lalu merebut bola dari genggaman Jeffan untuk segera ia dribble kan.

"Baru tiga hari," Ical melipat kedua tangannya di depan dada. "Lo nggak mikir kaki lo bakal parah lagi kalo lo maksa gini?"

Bayan, Jeffan, dan juga Alif mengangguk-angguk.

Rassya tidak menjawab, ia malah mulai memainkan bolanya kemudian maju perlahan menuju ring untuk memasukan bolanya. Membuktikan pada para sahabatnya bahwa ia sudah mampu.

Saat Rassya loncat, teman teamnya hanya menutup matanya ngeri. Takut Rassya menjerit ketika ia terjatuh lagi.

Bahkan Bayan sampai bersembunyi di balik tubuh Jeffan, benar-benar akan panik jika itu terjadi.

Namun, nyatanya tidak.

Rassya berhasil loncat dan memasukan bolanya ke dalam ring tanpa menggantung ataupun jatuh.

Ketika dengan sempurna bola itu masuk, Rassya langsung tersenyum miring karena bangga.

Usahanya tidak gagal.

Jeffan, Alif, dan Ical sudah menggumam senang dan bangga. Mereka menatap Rassya dengan tatapan tak percaya. Bayan masih bersembunyi, "kita kagak tanggung jawab ya Sya!" Teriaknya masih panik.

Still UnderageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang