Dua puluh satu

521 55 0
                                    

Happy reading!


Hari ini, turnamen basket sedang diadakan di sebuah lapangan indoor yang sudah ramai penonton di setiap bangkunya. Bersorak heboh sambil berdoa agar team yang mereka dukunglah yang akan menang.

Ada empat sekolah yang akan siap tanding, yakni SMA Nusantara melawan SMP Pancasila, kemudian SMA Pancasila melawan SMP Nusantara. Tentu tahu, siapa saja yang akan hadir di sana.

Sesi pertama sedang berlangsung, dimana team Rey dari SMA Nusantara tengah bertanding di lapangan sana. Terlihat semua bersorak sesuai apa yang mereka dukung, adapula bagian cheerleader yang ikut memberi support dari perwakilan setiap sekolahnya.

Babak ke tiga sebelum final, Rey mendapat point lebih daripada point lawannya. Bermain dengan profesional tanpa mempedulikan banyak keringat menetes di pelipis mereka.

Sebagai ketua team, tentu Rey sangat bertanggung jawab dengan tugasnya. Seperti tadi berani mengatur anggotanya sendiri meski Pak Tedi, guru olahraga sekaligus guru pembimbing basket mereka sempat datang terlambat.

Peluit berbunyi.

Waktu babak ketiga telah habis, semua pemain di lapangan terlihat berhenti dengan ngos-ngosan. Mereka pergi ke tepi lapangan untuk mengambil break selama sekitar sepuluh menit, setelah itu menunggu untuk babak final dimulai.

Rey, duduk selonjoran sambil memegangi lututnya uang yang terasa lelah dan lemas ketika digerakkan. "Nih," Ia menerima uluran tangan adiknya yang tengah memberikannya air mineral.

Teman-teman teamnya ikut selonjor, terkadang mereka mengambil air mineral sendiri ataupun menyuruh Aqeela yang mengambilkan nya.

Kadang Aqeela mikir, kenapa kalo lagi sama temen-temen Kakaknya, dia jadi kaya babu gini ya?

Rey bisa melihat team sesi selanjutnya yaitu team Rassya, tengah duduk sembari menunggu gilirannya bermain di bangku penonton sana. Terduduk diam sambil sesekali berbincang dengan guru pembimbing basket mereka sendiri. Kecuali Jeffan, yang sudah melambai-lambaikan tangan ke arahnya. Ah, ralat. Ke arah Aqeela lebih tepatnya, namun sang Adik hanya menanggapi itu dengan datar.

Rey sempat menggelengkan kepala, melihat bahwa Rassya akan tetap ikut saat kakinya belum benar-benar pulih. Bahkan jika Rey menjadi Rassya, cowok itu pasti akan memilih untuk digantikan sebagai cadangan saja daripada harus membuat teamnya menjadi kacau nanti.

Setelah menunggu 10 menit, peluit pun berbunyi kembali. Menandakan bahwa waktu break mereka telah habis dan final pun akan segera dimulai.

Tampak kedua team berdiri, lanjut berjalan ke tengah lapangan lagi untuk melanjutkan final.

---

Siang itu, Eil masih sibuk dengan beberapa buku laporan OSIS yang berserakan di atas ranjangnya. Cowok itu mendesis malas sambil memakan kacang dengan kulit yang berserakan di lantai bawah ranjang.

Still UnderageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang