1825 : berlayam
(v) (kl) mengayun-ayunkan senjata seperti orang menariAKALANKA menyandarkan tubuhnya pada sisi sofa dengan badan yang menempel pada karpet beludru yang membentang hampir menutupi sepertiga lantai kamar tidurnya. Embusan napas Akalanka terdengar berat. Acap kali napasnya keluar, dahinya pun mengernyit.
Pandangan Akalanka berpaling ke arah balkon. Tangan kanannya teratur memijat kedua pelipis yang dirasa berdenyut. Kejadian barusan membuat pemuda berusia genap delapan belas tahun pada bulan depan, dipenuhi beban pikiran yang bisa-bisa mengakibatkan dirinya menjadi gila!
Perkaranya, bukan lagi terkait dengan betapa banyak kerugian yang akan ditanggung oleh sang Papa—akibat koleksi barang antik dengan angka selangit yang pecah—berceceran di lantai hingga harganya pun anjlok menurun, tidak berguna.
Senter permasalahan ini, sebenarnya tidak muluk-muluk amat untuk dibahas kembali, bahkan hingga dipertentangkan. Namun, hanya saja karena sumbu api Zahair sedang terpancing akibat guyonan dari anak itu, masalahnya jadi kian runyam.
“Sial! Gue bener-bener bisa stress!” Beranjak dari tempat duduknya, Akalanka berjalan ke arah balkon.
Sebelumnya, Akalanka sudah mengantongi pemantik dan sebatang tembakau yang dibungkus. Dua benda yang akan berubah menjadi barang halal baginya ketika merasakan kebuntuan dalam menyelesaikan perkara yang secara tidak langsung menjadi tanggung jawabnya pula. “Hufft ....”
Asap nikotin yang Akalanka tahu bahwa itu hanya menjadi penenang sementara dan berdampak buruk bagi tubuhnya, hingga memicu salah satu penyebab terjadinya komplikasi penyakit. Tetap saja, pada hari ini, semua teori dan logika yang dia pahami, dikecualikan.
Sejenak saja, Akalanka ingin mengabaikan semua pemikiran semrawut yang menggunung. Maka, setelah gumpalan asap itu masuk, lalu mengendap sebagian dan keluar melalui lubang hidung dan mulut secara bersamaan, ada sensasi kelegaan—yang dia tahu hanya bertahan sementara—kemudian Akalanka melanjutkan menghidu batangan tipis berukuran kecil yang memiliki sensasi mint itu.
Tak lama sejak dia mengulum tembakau tersebut hingga tersisa setengah dari batang utuh asalnya, tubuhnya dengan cepat merespons zat-zat asing yang mencemari organ-organ tubuh dan menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan hingga mulai terdengar suara seperti anjing yang sedang menyalak.
Akalanka lekas membuang sisa benda yang terselip di kedua jemarinya. Dia kemudian menyugar rambutnya ke belakang. Kali ini, angin bertiup cukup sejuk. Suasana mendung pada cakrawala kian mengingatkannya pada kejadian tempo lalu.
Memori pada sudut tempurung kepala Akalanka seolah mengonfirmasi jika kejadian yang telah berlalu tersebut, sudah layak untuk dijadikan pembelajaran, bukan lagi untuk diingat-ingat. Apalagi sampai ditangisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
1825 [ON HOLD]
RomanceBlurb : Kyra Willa Bachtiar mendapatkan julukan sebagai Putri Pengganti setelah menjadi bagian dari Keluarga Bachtiar. Gadis dengan kepribadian menyenangkan itu mampu menyulap kediaman yang dikelilingi awan gelap menjadi tempat seindah pelangi. Nam...