Chapter 17

4 2 0
                                    

1825 : candra
(Sas) (kl) Bulan
Malu atau baper? Lama-lama bikin dongkol :(

YA ampun, Kak, lepasin dulu tangannya,” cicit Kyra yang berusaha melepaskan diri dari cekalan Alister.

“Nanti lo kabur,” sahut Alister sekenanya.

Kyra memberikan tatapan permohonan pada Akalanka yang berdiri tidak jauh dari sisi Alister. Bukannya malah membantu adiknya supaya tidak mendapatkan pandangan kelaparan dari singa-singa betina penggemar dua orang yang kini menjadi incaran para perempuan, Akalanka malah berdiri depan Kyra dengan tangan yang terjulur untuk menempel pada kening Kyra.

“Lumayan hangat, kamu yakin nggak pusing?” Manik teduh Akalanka sebetulnya mampu membius Kyra untuk tidak dapat marah pada laki-laki itu meskipun dia menyebabkan Kyra marah sekalipun. Namun, keadaannya yang sekarang ini, tidak memungkinkan bagi Kyra untuk menyembunyikan diri di mana pun, membuatnya jadi kelimpungan.

Kyra segera menggeleng. Ketika Alister melepaskan pegangannya pada tangan Kyra, pemuda tersebut merogoh saku celananya dan memberikan satu lembar obat pereda nyeri dengan selembar lain berisi vitamin.

“Di makan, bukan dilihatin,” sindir Alister karena Kyra tak kunjung menerima pemberiannya.

“Ah, iya-iya. Te-terima kasih,” sahut Kyra dengan kikuk. Dia menerima pemberian Alister dengan terpaksa. Padahal laki-laki itu bisa saja memberikannya setelah pulang sekolah atau di waktu lain, bukan saat-saat mereka sedang jadi pusat perhatian!

Gadis di belakang Alister, memberikan buku paket milik Kyra dengan gaya centil yang tentu saja diabaikan oleh Alister yang mengambil tumpukan buku itu secara kasar dari gadis tersebut. Sedikit iba melihatnya diperlakukan demikian oleh kakaknya, Kyra memalingkan wajah.

Perubahan Alister yang menjadi hangat kepada Kyra, saat memberikan buku-buku paket tebal padanya, membuat gadis yang masih terluka karena perlakuan Alister, menatap sengit pada Kyra. Bukan hanya tatapan gadis itu saja, melainkan pandangan orang-orang yang berada di luar kelas mereka, masing-masing mengarahkan pandangannya kepada Kyra.

Memangnya ini pertunjukan teater apa? Amuk Kyra dalam hati yang dirasa gerah.

Kyra lama-lama jadi emosi jika berdiri di hadapan dua orang ini. Saat dia hendak menarik Hana—yang sebenarnya keberadaannya sudah bersembunyi di balik pintu kelas dengan dalih tidak mau mengganggu Kyra—kembali terhenti karena kali ini giliran Akalanka yang menghambat langkahnya.

“Apa, lagi, Kak?” Kyra menoleh dengan terpaksa, diiringi senyum yang tak sampai hati.

Panggilan yang tersemat, mungkin bagi orang-orang dirasa wajar, karena Kyra memang adik tingkat Akalanka dan Alister. Padahal, maksud Kyra adalah mereka memang kakak-kakaknya, walaupun dirinya malas berkoar-koar dan menunjukkan identitasnya.

Biarlah dia hidup menjadi Kyra Willa B. seperti yang tercantum dalam kartu identitasnya. Kelengkapan nama marganya sengaja disembunyikan oleh Zahair sesuai kesempatan mereka kala itu.

Kantong keresek putih berlogo salah satu minimarket pun diulurkan ke depan wajah Kyra—yang sependek ingatan Kyra berada lumayan jauh dari sekolah—karena keberadaan kantin sekolah pasti masih tutup selama belum menunjukkan waktu istirahat, pengecualian untuk waktu sarapan.

“Dia emang ceroboh, nyuruh makan obat, tapi nggak dikasih makan dulu.” Akalanka tentu saja menyindir pemberian dari Alister. “Sebelum makan obat dari dia, cek dulu, siapa tahu tanggal kadaluwarsanya udah lewat.”

1825 [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang