RUANGAN intensif yang diawasi dengan ketat oleh para petugas medis hingga dokter jaga dan dokter spesialis yang menangani kasus Karenina Nadira Bachtiar, datang silih berganti dari waktu ke waktu untuk mengawasi ‘Putri Tidur’ dari keluarga Bachtiar yang sudah hampir memasuki tahun kelima keberadaannya di rumah sakit dengan kondisi yang bisa dibilang stabil, tetapi belum menunjukkan tanda-tanda akan sadar dalam beberapa hari ini.
Kemarin lalu, kedatangan Zahair ke ICU seperti biasanya, selalu saja berhasil untuk membuat gempar keadaan rumah sakit, baik dari kalangan perawat, keluarga pasien maupun beberapa pasien yang sedang melakukan pengobatan rawat jalan, tanpa tanggung-tanggung tidak bisa memalingkan muka dari tampang yang rupawan dan wibawa dari sosok kepala keluarga Bachtiar.
Bukan lagi rahasia umum kalau nama Zahair Bachtiar sering terpajang di berbagai kesempatan berbau bisnis dan kelas-kelas motivator. Zahair sebagai pembicara di acara-acara besar, sering menjadi acuan sukses tidaknya dan antusias tidaknya para pendengar dengan cara penyajian materinya. Tentu saja Zahair sering mengantongi limpahan pujian atas kemampuannya itu.
“Pagi, Pak Zahair,” sapa salah satu perawat yang kebetulan sedang kebagian jadwal jaga di ruangan Nadira.
Pria dengan pakaian kantor yang tertata rapi itu membalas sapaan dengan senyuman yang membuat siapa saja yang melihatnya tidak akan mempercayai jika Zahair merupakan pria beranak tiga dan sekarang memiliki satu anak baru yang diangkatnya belum lama ini, pernah mengalami rasa kehilangan mendalam karena kehilangan sosok yang teramat dicintainya di tahun-tahun lampau.
Salah satu perkataan Zahair yang pernah dimuat dan tersebar di dunia maya adalah tentang prinsipnya dalam menjalin hubungan. “Hati hanya bisa menyimpan satu nama, selebihnya bukan lagi dikatakan cinta. Melainkan kasih sayang ataupun empati.” Kalimat yang mengandung setuju persepsi itu sering-sering dikaitkan oleh warganet kalau Zahair memutuskan untuk tidak menikah kembali.
Tentu saja sejauh ini, sejak kecelakaan yang menimpa Mirza Bachtiar tiga tahun silam, Zahair tidak pernah kedapatan dalam keadaan sedang berdekatan dengan perempuan mana pun. Malahan, selain berita yang hubungan dengan bisnis, berita tentang Zahair selalu erat kaitannya dengan keluarga.
Di mulai dari pemberitaan tentang sulung Bachtiar yang digadang-gadangkan sebagai orang jenius yang berpotensi mewarisi Bachtiar group di masa mendatang. Lalu kehadiran Alister yang sering dikatakan sebagai rival dari sang kakak—Akalanka Bachtiar—sering muncul pada gosip kalangan anak muda atau para ibu-ibu muda yang siap mengantongi Alister sebagai calon mantu potensial mereka.
Bukan hanya keunggulan paras saja yang diturunkan dari gen seorang Bachtiar pada anak-anaknya, melainkan kecerdasan intelektual juga mengikuti tiap anak yang lahir pada keluarga tersebut. Bahkan baru-baru ini saja, Nadira Bachtiar dikatakan memiliki kembaran yang selama ini disembunyikan dari publik dengan dalih keamanan.
Tentu saja munculnya 'wajah baru' di kediaman Bachtiar sering memicu berbagai pandangan orang-orang yang penasaran dengan kehidupan Zahair. Selain bisnis dan keluarga, sama sekali jarang ada berita negatif tentang pengusahawan muda itu. Makanya, kehadiran Zahair selalu saja dielu-elukan banyak orang.
•oOo•
“Apakah dia akan bertahan lebih lama dari ini? Aku turut prihatin melihatnya dari hari ke hari.”
“Hussst, jangan sembarangan berucap di sini. Salah-salah nanti kamu kehilangan pekerjaan, lho.”
“Habisan aku nggak tega melihat gadis yang hampir setengah dekade ini terbaring begitu lama. Dia seperti putri tidur yang berparas rupawan dan menunggu pangerannya tiba.”
Perawat yang memiliki nama sebagai Asti itu menyikut perut kawannya supaya berhenti mengoceh. Mulut yang lebih mirip dengan sepeda tanpa pedal rem itu selalu saja melontarkan kalimat-kalimat yang memiliki potensi membuat diri sendirinya merugi. Namun, Mila tidak pernah menanggapi peringatan dari Asti dengan serius.
Mila hanya menganggap angin lalu saja tiap nasehat dari Asti yang isinya selalu lama saja. “Dia itu harus bangun kalau nggak mau ngerepotin banyak orang, Ti,” Mila berkata dengan pandangan nanar. “Dan dia juga harus rela meninggalkan dunia ini jika dirasa tidak mampu bertahan.”
Bukan lagi menyikut atau mencubit Mila kuat-kuat, Asti sudah lebih dulu membungkam mulut Mila. Bahkan berkas yang tadi dia peluk meluncur mengenai ubin dan menimbulkan bunyi berisik. Asti memelototi Mila yang tidak memiliki nyali yang ciut. “Sudah berapa kali kubilang, jaga mulut sampahmu itu, Mila,” desisnya.
Mila yang merasa harga dirinya terluka, melepaskan tangan Asti yang membungkam dirinya. “Kamu yang seharusnya jangan bertingkah seenaknya,” balasnya dengan nyalang.
Keributan yang diakibatkan oleh dua orang perawat di waktu jaga mereka, ketahuan oleh kepala perawat yang kebetulan sedang bertugas dalam mengontrol tempat-tempat ICU. Baru setelah mereka kena tegur dan berikan sanksi yang sepadang, dua orang itu pun memilih undur diri dari ruangan Nadira.
Kepala perawat yang usianya hanya terpaut dua tahun di atas Zahair itu, memandangi tubuh Nadira yang bertahan hidup sejauh ini dengan bantuan dari kecanggihan teknologi medis. Seandainya jika alat-alat medis tidak secanggih saat ini, sudah dipastikan sejak dulu-dulu Nadira akan meregang nyawa.
Berkat alat penunjang hidup tersebut, tubuh yang kian hari makin menyusut—meski mendapatkan cairan vitamin—bisa bertahan sejauh ini merupakan karunia. Mungkin dapat terhitung jari berbagai kasus pasien yang serupa dengan Nadira, tetapi Nadira merupakan salah satu dari sekian pasien yang bertahan cukup lama dengan kondisi koma.
“Semoga kamu segera sadar, Karenina. Banyak sekali orang menunggumu terbangun dari tidur panjang,” ungkapnya. Tanpa sadar juga dirinya menitihkan air mata.
“Duh, maaf ketidaknyamanannya yang ditimbulkan wanita tua ini atas ketidasopanan saya yang merasa begitu empati padamu.” Kepala perawat itu kemudian beranjak dari ruangan ICU Nadira. Sekali lagi pandangannya terpaku pada tubuh yang melekat banyak kabel di atasnya, hatinya ikut mencelus seketika.
“Mungkin karena kita sudah terikat cukup lama, perasaan akrab ini terlalu nyata untuk tidak pernah diakui.” Kepala perawat yang memiliki nama Trella itu menempatkan telapak tangannya di atas debaran jantung. “Denyut jantung ini seolah-olah terhubung dengan perasaanmu.”
Trella yang sudah lama ini mengabdikan dirinya sebagai salah satu kepala perawat di salah satu rumah sakit kenamaan di wilayah Jakarta, bukanlah termasuk wanita yang gampang memberikan secuil dari rasa ibanya.
Dia hanya segelintir manusia yang orang-orang sering katakan seperti robot manusia karena sikap tegasnya tersebut. Namun, pengecualian terhadap sikapnya kepada Nadira. Bukan karena seksualitasnya belok, hanya saja karena ikatan batin yang pertama kali dia dapatkan ketika masa-masa percobaannya bekerja, dia pun bertemu dengan Nadira kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
1825 [ON HOLD]
RomanceBlurb : Kyra Willa Bachtiar mendapatkan julukan sebagai Putri Pengganti setelah menjadi bagian dari Keluarga Bachtiar. Gadis dengan kepribadian menyenangkan itu mampu menyulap kediaman yang dikelilingi awan gelap menjadi tempat seindah pelangi. Nam...