Hati manusia tidak dapat ditebak. Kian hari, bisa saja berubah muara hatinya. Dia bisa menetap, tetapi bisa juga beralih ke lain hati. Tergantung keadaan. Entah karena ingin atau paksaan dari lingkungan, waktu akan selalu menjadi obat yang ampuh untuk dijadikan pelipur lara.
Selama menjalani kehidupan selama satu dasawarsa, Nadira tidak pernah mempercayai kalimat yang mengatakan kalau-kalau dengan adanya waktu, keberadaan seseorang dalam hati, bisa saja tergantikan--atau pada kasus tertentu--dapat tergantikan posisinya oleh orang lain, atau orang baru.
Meski demikian, Nadira tidak pernah melupakan kejadian kemarin malam. Memang sebatas kejadian yang tidak melebihi durasi waktu satu jam, tetapi hal tersebut sudah mampu membuatnya kalang-kabut. Walaupun hati berbentuk organ yang tak kasat mata, tetapi dia dapat merasakan jika hatinya itu seperti remuk.
Perasaan tersingkirkan, merasa dikhianati dan tercampakkan pun menjadi satu padu. Dia hanya bisa meringkuk dalam sedih dan bertemankan dengan malam yang sepi. Memorinya masih hangat memikirkan kejadian lalu.
•oOo•
Kejadian yang membuat Nadira jatuh tersungkur memang bukan kesalahan dari keluargannya yang tak bisa dia rengkuh. Nadira juga sudah tahu akan resiko yang dia dapatkan akibat 'tubuh'nya tersebut. Namun, tidak bisa dipungkiri jika rasa sesal yang membelenggu karena tidak ada usaha yang bisa memberitahukan mereka tentang 'keberadaannya'.
"Ky, ayo pulang. Papa udah nunggu di depan," ajak Akalanka.
Belum genap bagi Kyra untuk menjawab, Alister lebih dulu menyela pembicaraan, "Lo udah tahu di ruangan ini dingin, masih aja kagak nurut nggak pake jaket." Alister menyampirkan jaketnya pada bahu Kyra.
"Lagian aku juga bukan perempuan kali, Kak," tolak Kyra dengan mengembalikan jaket tersebut pada pemiliknya.
Bukan namanya Alister jika dia mengalah begitu saja. Dia kembali memasangkan jaket pada Kyra hingga membuat resleting jaket tersebut sudah terpasang sempurna untuk membungkus tubuh mungil Kyra yang terlihat seperti tenggelam di balik jaket tebal Alister.
"Pfttt ... mirip kayak orang-orangan sawah." Alister yang tidak kuasa menahan tawanya pun tidak dapat lagi menyemburkan suara kekehan yang membuat Akalanka akhirnya bertindak.
"Pelankan suaramu jika tidak ingin kita kena usir," desis Akalanka penuh kecaman.
Alister membalasnya dengan kerlingan mata. Dia melirik Kyra yang menantangnya dengan tampang mengejek. "Wah, wah, mentang ada pawangnya."
"Bodo amat." Kyra menjulurkan lidahnya pada Alister, berniat untuk mengejek laki-laki yang kerap mengganggunya itu.
Saat Kyra telah turun dari kursi yang disediakan untuk menunggu pasien, dia hendak meraih tangan Akalanka yang mau menuntunnya. Namun, sebelum tangan Kyra tergenggam oleh kakak sulungnya, Alister tiba-tiba menyerobot.
"Heh!"
Alister dengan sengaja menarik kerah belakang jaket yang dipakai Kyra. Hampir saja membuat perempuan mungil itu terjungkal. "Lo, bareng gue."
"Nggak mau ih, udah lepasin, Kak Al!"
Sia-sia saja Kyra menjangkau lengan Alister yang jauh lebih kuat dan mampu menahan segala bentuk berontaknya. "Aggh ... lepasin Alister tahi ayam!" geramnya sambil mengumpat.
"Harus mau!" Alister yang menyeret Kyra keluar dari ruang ICU, mirip seperti kucing yang menggondol anaknya, tetapi menggunakan tangan sebagai pelantara.
KAMU SEDANG MEMBACA
1825 [ON HOLD]
RomanceBlurb : Kyra Willa Bachtiar mendapatkan julukan sebagai Putri Pengganti setelah menjadi bagian dari Keluarga Bachtiar. Gadis dengan kepribadian menyenangkan itu mampu menyulap kediaman yang dikelilingi awan gelap menjadi tempat seindah pelangi. Nam...