Chapter 9

9 3 0
                                    

1825 : anta
(n) (kl) sifat; tabiat

KYRA selalu membayangkan jika dirinya bisa melalui segala jenis ketakutan yang dulu-dulu pernah dia alami tanpa harus berpaku tangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KYRA selalu membayangkan jika dirinya bisa melalui segala jenis ketakutan yang dulu-dulu pernah dia alami tanpa harus berpaku tangan. Sekiranya, itulah pemikiran egoisnya. Namun, lihatlah sekarang. Betapa menyedihkan kondisi Kyra saat ini. Beruntung sekali karena pemadam listrik ini wajah Kyra tidak terekspos jelas. Bahkan di depan orang yang telah lama ini menemaninya.

“Kenapa Kakak bisa ke sini?” Bukannya Kyra tidak bersyukur dengan kehadirannya, tetapi jika orang tersebut adalah Akalanka, semuanya pasti tidak akan jadi serba aneh seperti sekarang.

“Ck, udah ditolong aja masih banyak nanya,” jawab ketus Alister.

Mereka sedang bersandar pada sisi ranjang Kyra. Alister menggunakan pencahayaan kecil dari layar gawai untuk menyalakan lilin, tetapi ketika dirinya menemukan makhluk yang mengenaskan seperti Kyra, mau tak mau sisi tersebut menyentil nuraninya.

“Tadi aja baik-baik, belum juga semenit udah galak aja,” gumam Kyra yang sempat terdengar sebagian oleh Alister.

“Ngomongin apa lo?”

Kyra menggeleng, “Nggak ngomong apa-apa, tuh.” Dia menyerahkan mug berisi teh manis hangat buatan Alister pada laki-laki yang kini menungguinya di seberang ranjang dengan berbaring di sofa panjang yang tidak bisa menampung sepenuhnya tubuh tingginya.

“Kak  ...?”

Alister hanya memberikan tanggapan berupa deheman yang Kyra rasa, kental dengan keterpaksaan. Meski rasa takutnya telah berganti dengan rasa geram kepada Alister, tetapi menurut Kyra itu jauh lebih baik dibandingkan harus tersiksa dalam ruangan minim pencahayaan sendirian.

Cahaya remang-remang hasil dari lilin, hanya bisa menonjolkan wajah Alister sebagian saja. Kyra juga jadi kesulitan menerka pasti ekspresi yang kakaknya tampilkan itu. Akhirnya Kyra memilih berbaring. Selimut hangat bergambar kartun kesukaannya, ditarik hingga bawah dagu. Dia melirik sekilas pada Alister yang menjadikan salah satu tangan sebagai bantalan. Tak tega, Kyra melemparkan satu bantal yang tepat mengenai wajah yang selalu dikagumi kaum hawa tersebut. “Oops, sori, Kak.”

Terdengar suara dengusan dari Alister. Kyra lalu menarik selimut hingga menutupi mulutnya. Takut-takut dia menatap Alister yang ternyata tengah menatapnya dengan wajah gahar. Kyra segera menyembunyikan kepalanya di bawah selimut.

“Lo bisa jadi mayat kalau maksain sembunyi di bawah sana.”

Perkataan Alister sontak membuat Kyra terkesiap. Dia lantas menyingkap selimutnya, meraup udara banyak-banyak, kemudian mengamati Alister dengan keki. “Jangan ngomong aneh-aneh!”  wanti-wantinya.

1825 [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang