Chapter 12

7 1 0
                                    

1825 : bigair
(adv) (kl) tanpa; kecuali; melainkan

SUASANA kafetaria di sayap bagian kanan rumah sakit terbilang ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SUASANA kafetaria di sayap bagian kanan rumah sakit terbilang ramai. Kali ini indra penciumannya bukan lagi mengendus aroma pensterilan khas rumah sakit, tetapi harum dari berbagai pasakkan yang menggelitik perutnya yang ternyata sudah kerongkongan. Tumben. Mungkin dampak karena dirinya menghabiskan setengah hari dengan berbicara banyak.

Akalanka memerhatikan dengan teliti kursi-kursi yang tampak penuh. Matanya mengerling, saat kemudian dirinya menemukan tempat kosong untuk menyantap makanan. Akalanka segera menarik Kyra menuju tempat tersebut. “Cepat, keburu ditempati orang.”

Semangat sekali rupanya dia. Kyra hanya pasrah saja. Kakinya sudah minta diistirahatkan sejak tadi. Ternyata letak ruangan ICU dengan kafetaria lumayan jauh, sehingga Kyra tak mau mengomentari kelakuan Akalanka, apapun itu. Dia hanya ingin makan sekarang!

Harum menggelitik mendesak hidungnya, ketika kotak styrofoam pemberian Akalanka tersaji di hadapannya. Bakmi dengan cincang daging ayam suwir ditaburi dengan potongan sosis dan irisan keju mozarella membuat matanya berbinar cerah. “Wah, Kak. Kamu memang paling terbaik!” ungkap Kyra dengan suka hati.

Saat sesuap makanan kesukaannya itu dicicipi oleh lidah, Kyra menikmati rasa gurih, asam dan agak manis yang memanjakan indra perasanya. “Ini bener-bener enak!” Mulutnya masih penuh dengan bakmi, tetapi Kyra melanjutkan perkataannya, “ini pasti bakmi kesukaanku yang deket Kebayoran Baru, ‘kan?” Akalanka mengangguk sebagai jawaban. Kemudian Kyra membulatkan matanya. Terkejut dengan pernyataan dari Akalanka.

“Makan pelan-pelan, Kyra. Nggak bakalan ada yang nyuri makanan kamu.” Akalanka memberikan segelas es jeruk yang langsung diteguk oleh Kyra. Dia terkekeh pelan, lantas mendorong kotak styrofoam bakmi miliknya yang belum tersentuh, kepada Kyra. “Kalau kurang, kamu bisa makan juga punya Kakak.”

“Nggak usah, Kak!” tolak Kyra. Dia berdecap seraya mendorong kembali bakmi milik Akalanka. “Bakmi ini ada di Jakarta Selatan dan Kakak maksain beli ini cuma buat kita makan siang?”

Tanggapan berupa anggukan kepala, lagi-lagi membuat Kyra tak habis pikir dengan jalan pikiran kakaknya yang satu ini. Padahal mereka bisa memesan makanan secara online, atau paling tidak, mereka dapat memakan pasakkan yang ada di kafetaria ini tanpa perlu keluar daerah bagian segala.

“Kan, kamu suka bakmi yang di sana. Kamu juga makannya jadi lahap kalau makan bakmi khas daerah sana. Jadinya, nggak ada masalah, ‘kan, kalau Kakak beli ke sana?”

“Tapi, Kak  ...!”

“Tuh, malahan sekarang sisa sedikit. Mau makan punya Kakak, atau Kakak beliin lagi sekarang?”

1825 [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang