PROLOG

230 58 13
                                    

Aku belajar banyak dari sang pemilik gelar Al- Muhaddatsah. Yang tak lain dan tak bukan beliau adalah Habibah Fatimah Azzahra.
Yang mampu menjaga cinta dalam diamnya untuk Ali bin Abi Thalib.

Aku sadar, Aku tak akan seberani Ibunda Khadijah, yang datang langsung menemui Baginda Rasulullah untuk melamarnya.

Aku tau, ini tak mudah. Tapi untuk menjaga agar rasa ini tetap pada fitrahnya,...
Aku lebih memilih mencintaimu dalam diam.
Mengagumimu dari kejauhan.
Memperjuangkanmu di sepertiga malam.
Dan menyampaikan rinduku hanya lewat doa yang ku panjatkan.

Hingga terpaksa aku harus menelan kenyataan pahit, bahwa hatimu masih tertambat pada gadis di masalalumu.
Ya, dalam diam Aku mencintaimu. Dan dalam diam pula Aku harus melepaskanmu.

Kau...
Yang lantunannya membuat hatiku berdebar saat mengingatnya.
Lantunan yang sukses membuatku jatuh hati.

Dulu...
Aku selalu berharap bisa bertemu denganmu. Bahkan berharap untuk bisa menjadi kekasih halalmu.

Tapi sekarang...

Rasanya aku ingin menarik kembali ucapanku. Andai saja aku punya pilihan untuk tidak mencintaimu secepat itu, mungkin batinku tak akan sehancur seperti sekarang ini.

Benar...
Menyesali semua yang telah terjadi memang sia-sia saja.

Kenapa?
Setelah aku tau hatimu masih milik orang dimasalalumu.
Apa aku pantas untuk terus mengharapkanmu?
Daan...
Apa aku masih punya hak? Untuk terus memperjuangkanmu lewat doa?

Kepada sang pemilik cinta, kau lebih tau segalanya Ya Robb.
Hilangkan rasa ini jikalau memang bukan dia yang namanya tertulis di Lauhul Mahfudz. Jikalau bukan dia yang kau takdirkan untuk hamba. Hamba tak ingin, terus hanyut dalam perasaan yang tak semestinya, dan dalam cinta yang salah.

Hehehe..
Selamat melanjutkan😁
Terimakasih

Merhaba Ya HabibiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang