10. PESTA

56 22 4
                                    

Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda :"Barangsiapa yang membantu seorang muslim (dalam) suatu kesusahan di dunia maka Allah akan menolongnya dalam kesusahan pada hari kiamat, dan barangsiapa yang meringankan (beban) seorang muslim yang sedang kesulitan maka Allah akan meringankan (bebannya) di dunia dan akhirat."

(HR. Muslim)

🌿MERHABA YA HABIBI🌿

Pengajian sudah berlangsung kurang lebih selama 30 menit. Dimana di tengah-tengah itu tanpa ku sadari pandanganku sering kali teralihkan dan tertuju pada Mas Fatih yang sibuk memotret beberapa moment untuk dijadikan dokumentasi.

Agak canggung sebenarnya. Takut aku salah berucap dalam menyampaikan materi. Aku harus bisa se profesional mungkin. Aku tak mau mengecewakan Ustadzah yang sudah menaruh keyakinan penuh terhadapku. Aku harus bisa mengesampingkan rasa ini.

Pengajian berakhir pukul 16.30. Kembali ke tugas masing-masing. Kali ini aku menata buku materi di atas meja sembari duduk di karpet masjid. "Luar biasa." suara bariton itu menghentikan aktivitasku. Aku mendongakkan kepala dan melirik pemilik suara itu.

"Aku gak nyangka deh, ternyata kamu bisa juga seperti itu" imbuhnya yang disertai tawa di akhir kalimat.

"Gak usah ngeledek deh Mas." jawabku kesal. Apa Aku tadi salah ya? Sampai-sampai dia tertawa seperti itu. Duhh.. Malunya.

"Ngga kok. Emang keren kamu tu." sembari mengacungkan kedua jempolnya. "Ya udah, aku tinggal dulu ya. Nanti malam jangan lupa datang." imbuhnya lagi dengan mengedipkan satu mata yang ku balas dengan anggukan kepala.

Mas Fatih, Mas Fatih...

Btw kok jadi Aku-Kamu ngomongnya?
Hihihi... Ya udahlah. Entah sejak kapan kita jadi seakrab ini. Tapi, ucapan Mas Fatih selalu mengusik pikiranku. Seperti adik sendiri, Hanya itu. Sudahlah Husna, lagi-lagi kamu harus memikirkan hal yang seharusnya gak kamu pikirin.

Masih pukul 16.50, setelah semuanya selesai Aku berpamitan untuk pulang terlebih dahulu. Nafisa masih harus mengurus sesuatu di pesantren.

***

"Sini sayang." ucap Mas Fatih yang duduk di samping ibu-ibu, Aku rasa itu ibunya. Dengan mengenakan baju putih berkerah di lengkapi dengan jas hitam, berpeci hitam, celana hitam, dan bersepatu hitam pula.

Aku? Aku merasa bahwa Aku memakai pakaian yang berat berwarna putih menjulur kebawah menutupi mata kaki dan haihils?

Akhirnya Aku berjalan mendekati Mas Fatih dan ibunya. Aku pun mencium tangan mas Fatih, dan kulihat jari manis di tangan kanannya ada cincin.

"Husna?"

"Husna?"

Tiba-tiba Aku mendengar suara lembut yang tak asing memanggilku.

Astaghfirullah, Aku ketiduran. Padahal tadi niatnya hanya tiduran aja di kamar. Mungkin karena Aku merasa kecapekan. "Iya Ummi." jawabku sembari bangkit dan membuka knop pintu.

"Kamu tidur? Udah mau maghrib. Gak baik tidur jam segini. Mandi sana, nanti mau ada acara lagi kan?" Jelas Ummi.

"Iya Ummi, Husna capek gak sengaja ketiduran deh." ucapku sembari meringis. "Ya udah Ummi, Husna mandi dulu ya." imbuhku dan menutup knop pintu setelah Ummi mengelus kepalaku dan kembali turun ke bawah.

Ya Allah Husna. Untung aja dibangunin Ummi, kalau enggak paling juga kamu nanti telat ke acaranya Mas Fatih. Tapi kok Ummi bisa tau? Paling juga dikasih tau Mas Fatih.

Merhaba Ya HabibiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang