18. KENAPA HARUS AKU?

22 7 0
                                    

Kenapa harus Aku, Ya Robb?
Apa benar, sekuat itukah hatiku?

Akifah Husna Arrasyid

________________

Allahummalakasumtu wabika amantu wa'ala rizkika aftortu birohmatika ya arhamarrohimin. Aamiin...

Sampailah pada masa dimana mereka bisa membatalkan puasa. Setelah seharian menahan lapar dan dahaga, dengan segala aktivitas yang masih sama seperti sedia kala. Diiringi canda dan tawa, mereka mampu menikmati suap demi suap makanan yang telah disajikan.

Ya, sikap saling berbaginya pun tak mau ketinggalan. Ada yang bertukar makanan karena tidak menyukai, ada yang sengaja memberi karena kasihan melihat temannya yang masih kurang, ada yang makanannya justru dijadikan satu selanjutnya dimakan bersama.

Hihihihi...

Berbagai tingkah, berbagai ekspresi, dan berbagai sifat. Semuanya bercampur dalam satu aula. Betapa ramai dan riuweh-nya.

Ada banyak sekali pelajaran yang bisa kita petik hikmahnya untuk memotivasi sekaligus muhasabah diri di setiap harinya.

Salah satunya, saat kita tengah berpuasa harus menahan lapar seharian penuh. Menahan hawa nafsu untuk tidak melakukan hal yang justru membuat kita mendapatkan dosa dan bukan pahala. Memotivasi diri sendiri untuk bisa beribadah lebih taat lagi karena agar mendapat pahala yang bisa dibilang double.

Sama halnya saat kita mendapat suatu masalah, ataupun ujian. Harus benar-benar menata hati dan pikiran untuk tidak selalu mengeluh, terlebih untuk bisa bersabar. Semakin mendekatkan diri kepada Allah tentunya.

Semua ada masanya. Mungkin saat ini kita harus melebihkan sedikit sabar dan syukur. Memohon ampun juga tak boleh terlupakan. Karena kita tidak pernah tau, mungkin saja musibah yang datang adalah hasil dari dosa yang kita berbuat.

Kisahnya tak berhenti sampai disitu. Masih ada banyak sekali tingkah dari masing-masing santri yang tak mungkin aku jabarkan satu persatu. Kehidupan dalam pesantren, sungguh kebersamaan yang benar-benar wajib di abadikan. Kesempatan yang sungguh luar biasa. Untuk kesekian kalinya Aku masih bisa ikut serta dan merasakan nikmatnya berbuka puasa dengan para santri.

Bahkan mungkin saat dalam keterpurukan sekalipun, bersama senyum dan suara mereka seakan semuanya lenyap seketika. Takdir yang tak sesuai terkadang membawa luka, tapi Allah selalu menyematkan penawar dalam setiap sayatan yang sebelumnya menganga lebar. Maha baik Allah, yang paling mengerti dari setiap keinginan hambanya. Mengabulkan doa sesuai dengan apa yang hambanya butuhkan. Maka dari itu, jangan berputus asa apalagi berlarut dalam kesedihan jikalau takdir tak sesuai dengan harapan. Allah mempunyai rencana lain, yang jauh lebih baik dari apa yang engkau inginkan. Yang hilang, pasti akan digantikan dengan yang lebih baik.

Ah iya, Aku sedikit merasa malu saat mengatakan hal itu. Dengan melihat betapa kurang beruntungnya Aku saat ini. Bagaimana takdir Allah menegaskanku untuk bisa lebih sabar lagi. Dan Aku? Aku sendiri masih seperti seorang hamba yang kurang berterimakasih. Bisa dibilang aku adalah perempuan munafik. Perkataan dan perbuatan kadang tak sejalan. Aku ingin bisa lebih sabar, tapi terkadang entah setan mana yang menggelayuti hatiku, hingga untuk berusaha ikhlas saja masih sangat berat.

Terlebih soal asmara. Tidak diragukan lagi. Aku, seperti perempuan yang paling tidak beruntung. Ya, begitulah cemoohku pada diriku sendiri. Aku seri ng mendzolimi diri sendiri. Karena ketidakberuntungan dalam mencintai seseorang. Suudzon dengan takdir Allah seakan sudah menjadi santapanku setiap hari.

Merhaba Ya HabibiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang