12. PATAH

47 20 3
                                    

Baru ku sadari,
Aku telah melabuhkan hati di pelabuhan yang salah.
Dermaga impian? Ternyata hanya anganku semata.
Inikah? Arti dari rasa yang bertepuk sebelah tangan?

Akifah Husna Ar-Rasyid

Aku terdiam seribu kata. Melihat barang yang dikeluarkan Mas Fatih dari saku celananya.

"Bagus gak?." tanya Mas Fatih yang membuyarkanku yang masih melongo.

Aku segera menetralkan mimik wajah. "Bagus kok."

Betapa terkejutnya Aku, seorang ikhwan yang Aku cintai dalam diam bersiap untuk mendaratkan lututnya di rumput taman. Iya, Mas Fatih berlutut dihadapanku.

Ditambah lagi Mas Fatih yang raut wajahnya berubah menjadi seserius itu? "Ukhty, Ana ukhibbuka fillah."

Deg!!

Masyaallah, apa Aku bermimpi? Dia menyatakan perasaannya di hadapanku? Oh Allah, Aku masih tak percaya? Bagaimana bisa?

Aku hanya melongo melihat apa yang dilakukan Mas Fatih. Aku ingin sekali menjawab iya, tapi untuk memulai berbicara pun rasanya tak sanggup. Aku takut ini hanya mimpi. Kalaupun benar, rasanya Aku tak ingin bangun dan keluar dari mimpi itu.

Dia tersenyum dan bangkit dari posisi sebelumnya. Memutar tubuhnya membelakangiku sembari berjalan sekitar 4 langkah dari tempat ku berdiri.

Aku melihat dari belakang, seketika Mas Fatih menunduk dan melihat cincin yang di pegangnya. "Gimana? Keren gak latihannya?" dia memutar badannya menghadapku sembari menujukkan senyuman khasnya.

"La..latihan?" maksudnya apa? Latihan apa?

"Ya tadi. Husna, kamu tau kan aku sebentar lagi akan menikah?."

Masyaallah, apa semua ini ya robb? Nggak, Aku pasti hanya mimpi. Iya, pasti hanya mimpi. Mas Fatih tak mungkin menikah secepat ini.

Aku masih terdiam, tak memahami dan tak mau memahami maksud dari perkataan Mas Fatih.

"Kamu sudah baca undanganannya kan? Jangan lupa dateng ya. Tenang aja kamu akan jadi tamu spesial kami kok." celetuknya sembari meringis yang tak membuatku tak tersenyum.

Bagaimana aku bisa tersenyum mendengar kabar buruk ini? Dia yang aku cintai dalam diam, yang beberapa detik yang lalu membuatku senyum-senyum tak karuan. Yang beberapa detik yang lalu memberiku ruang untuk memikirkan masa depan bersamanya. Dan yang beberapa detik yang lalu, memberiku kesempatan untuk merasakan sentuhan kehangatan dari hati ke hati. Akan memulai hidup dengan perempuan lain.

Benar, semua itu hanya ilusi ku dan akan tetap menjadi ilusi semata. Tapi kenapa Allah mematahkan hatiku seperti ini?

"Kamu aja sampai diem gini. Apalagi dia, yang bentar lagi akan menjadi kekasih halalku." ucapnya lagi sembari berjalan kedepan sekitar 2 langkah.

Aku diam karena Aku sangat hancur, tak percaya kau akan naik pelaminan dengan perempuan lain. Aku tak bisa menerima takdir ini.

Tak terasa air bening sudah membasahi pipiku. Aku segera menghapus air mataku sebelum Mas Fatih memutar badannya menghadapku lagi. "Ya sudah, Aku pergi dulu ya. Makasih tadi udah mau bantu Aku latihan." imbuhnya lagi sembari tersenyum.

Merhaba Ya HabibiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang