"Baru kusadari, ternyata Aku hanya perantara dari dua insan untuk dipersatukan. Dan nahasnya, hatiku ikut serta terhanyut dan tertambat pada alunan jembatan takdirnya."
Akifah Husna Arrasyid
___________
"Menjadi sebab pertemuanku dengan Nabila..."
Kalimat yang seketika membuatku sangat hancur. Kalimat yang tak Ku sangka akan Ku dengar dari Mas Fatih.
Dulu Aku selalu berfikir, bahwa lagu ini yang menyatukanku denganmu. Lagu ini yang selalu ku senandungkan saat Aku mulai merindukanmu. Aku merasa damai setelah menyampaikan rinduku lewat lagu ini. Walau hanya sekedar lagu, sungguh Mas itu sudah lebih dari cukup.
Namun ternyata, Aku yang selama ini selalu memperjuangkanmu lewat doa, Aku perempuan yang sempat patah saat mendengar Kau akan mengucap Qabiltu atas nama perempuan lain. Ternyata Aku juga yang telah menulis takdirku sendiri. Aku membiarkan diriku sendiri untuk merasakan luka ini. Karena ku juga luka ini ada. Dengan menjadi alasan dari pertemuanmu dengan Nabila.
Sungguh, hatiku sangat hancur. Sangat sakit.
Bagaimana bisa?
Ku kira Aku dan Kamu adalah pemeran utama dalam alunan lagi ini.
Namun saat kau menghadirkan orang lain, saat kau membiarkan orang lain masuk dalam alunan lagu kita. Baru Ku sadari ternyata Aku salah. Justru disini Akulah orang lain itu. Aku, hanya pemeran sampingan yang bermimpi menjadi tokok utama. Aku tak menyangka hal itu akan terjadi.Kini butiran bening sukses meluncur membasahi pipiku. Sakitnya hanya Aku yang tau.
Memang sempat Aku menggolongkan diriku sendiri sebagai seorang yang paling tidak beruntung. Terutama persoalan hati.
Bagaimana tidak?
Wajar saja. Untuk pertama kalinya Aku mencintai seseorang. Dan untuk pertama kalinya juga Aku merasa sakit karena cinta yang salah.
Andai saja Aku tau dari awal bahwa Aku hanyalah perantara, Aku tak akan menaruh hati terhadap Mas Fatih. Aku akan lebih berhati-hati dalam bersikap terlebih untuk menggantungkan harap terhadapnya. Aku akan menjauh begitu tugasku selesai.
Tapi menyesali semua yang sudah terjadi itu percuma. Sekarang yang bisa Aku lakukan hanyalah berusaha untuk ikhlas, berusaha untuk tabah. Terlebih berusaha untuk tidak menyalahkan takdir. Aku harus tetap menjadi Husna yang kuat walau sudah mengetahui segalanya.
Allah punya maksud tersendiri yang pastinya baik untukku.
Ku seka butiran bening. Dan terus saja memberikan semangat untuk diriku sendiri.
Masih terlalu pagi untuk mengeluh, masih terlalu pagi untuk menangisi sesuatu yang seharusnya tak perlu untuk ditangisi.
Aku masih mendengar Mas Fatih bernyanyi. Aku juga sempat tertawa kecil saat mendengar ada beberapa lirik yang salah. Dan mendengarnya sedikit bingung saat lupa dengan beberapa lirik lagunya.
"Yahh, diketawain." keluhnya sedikit kesal saat mendengar Aku tertawa kecil.
"Kan tadi Mas minta kamu yang nyanyi. Kenapa jadi kebalik ya. Huh dasar." Lanjutnya lagi dengan nada yang lumayan menggemaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merhaba Ya Habibi
SpiritualDalam diam Husna menyimpan rasa untuk seorang ikhwan yang dengan merdunya melantunkan firman Allah, tak lain dan tak bukan adalah Fatih Al- Hamid yang sekaligus menjadi dokter spesialis Abahnya. Dan dalam diam pula Ia harus berusaha ikhlas melepas s...