Hai, aku balik lagi! gimana kabarnya?
Sebelum baca, yuk kasih vote dan commentnya. Temen-temen bisa juga ajak teman kalian buat baca cerita ini :)
So, semoga suka ya!
Happy Reading💜
Ternyata benar ya, titik tertinggi dari mencintai itu mengikhlaskan. Ikhlas bahwa ternyata bukan kita yang menjadi tujuannya. Ikhlas bahwa nyatanya bukan kita yang ia harapkan. Ikhlas bahwa baginya, kamu memang bukan siapa-siapa.
***
Di kursi panjang bewarna putih itu, Alula menanti dan menunggu Mars dengan harap-harap cemas. Dia tidak sendiri, di sampingnya ada Jasmine yang juga setia menunggu Rigel. Entah apa yang ibu Mifta sampaikan kepada dua remaja laki-laki itu hingga memakan waktu selama ini.
Namun, baik Alula maupun Jasmine, tidak ada yang bersuara di antara keduanya. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Sejujurnya, Jasmine sedikit terkejut akan kedekatan Alula dan Mars. Selama ini ia bahkan tidak pernah melihat keduanya bersama. Namun karena kejadian tadi, ia dapat melihat bahwa Alula dan Mars ternyata memang sudah sedekat itu.
Semua orang tahu Mars. Laki-laki itu penuh dengan rahasia. Sosoknya yang dingin juga kaku, membuat semua orang segan akan dirinya. Ya, berkat wajah tampannya, tak sedikit orang yang mengenal Mars. Dia adalah salah satu cowok yang dikagumi seantoro sekolah. Namun karena pembawaannya yang misterius, tak sedikit pula yang takut untuk sekedar berkenalan bahkan menjalin hubungan dengan sosok itu.
Mars dan Rigel. Keduanya memang merupakan remaja yang digilai oleh hampir seluruh kaum hawa di sekolah mereka. Berbeda dengan Mars, Rigel justru bertolak belakang dengan cowok itu. Bedanya, Rigel tidak seorang diri. Ia mempunyai teman juga rekan di sekolah mereka, ya meskipun tidak bisa dikatakan banyak. Sebenarnya, laki-laki itu bukanlah sosok yang akan mudah bergaul dengan orang lain. Dia begitu pendiam, dingin sekaligus tidak berperasaan. Namun karena kepandaiannya dalam bidang olahraga sekaligus musik, membuatnya mau tak mau harus membangun relasi dan mulai berteman dengan orang lain.
Ketika pintu ruangan BK itu terbuka. Alula langsung berdiri seketika. Sosok Rigel lah yang pertama kali muncul. Mata tajam dengan bola mata coklat itu memandang tajam tepat ke arahnya. Seperti biasa, keduanya berlagak seolah tidak saling mengenal. Penampilan laki-laki itu tidak jauh berbeda dengan Mars. Luka di sudut bibirnya masih basah dan belum di obati.
Dulu, ketika mereka tidak seasing ini, Alula akan jadi orang pertama yang akan mengobati tiap kali Rigel membuat masalah. Dulu, Alula akan jadi orang pertama yang memastikan bahwa Rigel akan selalu baik-baik saja. Menemani dan juga menenangkan. Rigel, sosok itu memang tidak pernah berubah. Masih seperti dahulu yang kerap kali membuat masalah. Namun satu hal yang berbeda dengan laki-laki itu,ia seakan lupa dengan Alula, bahwa baginya Alula bukanlah siapa-siapa.
Ternyata benar, mau sedekat apapun kita dengan seseorang, akan tiba saatnya sebuah perpisahan. Bahwa ternyata, sebesar apapun usaha kita untuk membuatnya tinggal, kalau bukan kita yang ia mau, maka ia akan pergi juga.
Jasmine menghampiri Rigel cepat, "Gimana? Semuanya udah selesai? Ibu Mifta bilang apa aja ke kamu?" celetuk Jasmine penasaran.
Rigel memandang Jasmine lembut, "Biasa, kamu ngga usah khawatir. Semua udah selesai."
Jasmine mengambil nafas panjang. "Serius? Syukurlah kalau gitu. Setelah kejadian ini, aku mohon sama kamu untuk ngga ngulangin apa yang udah kamu lakuin hari ini ya. Aku benar-benar khawatir sama kamu, Gel," ucapnya lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELRIGEL
Teen Fiction"Apa salah jika aku mencintai pacar dari sahabatku sendiri?" - Alula Elara Galexia Agatra "Dia hanya masa lalu, orang biasa yang pernah mengisi hari-hariku." - Daffa Aric Elrigel "Apa aku terlalu baik? Membiarkan mereka berjumpa sama saja dengan me...