Esok harinya.
Sama seperti hari-hari sebelumnya, aktivitas perkampungan terasa begitu ramah.
Orang-orang seliweran di depan rumah Natassja, sebagian dari mereka sudah berkumpul di depan gerobak jualan. Mereka berebut membeli lauk pauk untuk sarapan, sebelum persediaan habis dan digantikan oleh mi ayam, bakso, dan nasi campur. Natassja adalah wanita muda yang ramah dan masakannya terkenal enak. Wajar warung Natassja hampir selalu dipadati pembeli.
Adel bermain balok susun sendirian di atas karpet di belakang Natassja. Sesekali para pelanggan menyapa Adel, tetapi Adel hanya membalas senyuman lantaran mereka memakai bahasa Jawa -bahasa yang sama sekali tidak dipahami Adel.
"Kalau mau menyapa Adel, pakai bahasa Indonesia, bu. Dia tidak paham," kata Natassja hampir setiap hari.
"Adel!" Sapa seseorang penuh semangat.
Adel menoleh cepat ke depan pintu. Dia kenal betul suara itu.
"Kakak!" Jawabnya semangat. "Davay, poigray so mnoy (ayo main denganku)," Adel mengangkat kepingan balok susun tinggi-tinggi.
Shomad terpaku sebentar. Dia memandangi Adel yang memakai tudung putih di kepalanya. Poni rambut anak itu menutupi hampir seluruh dahinya.
Ya ampun, lucunyaaaa.
"Kakak!" Panggil Adel sekali lagi. "Chto takoye (ada apa), kakak?"
"A, net," Shomad geleng-geleng. Dia langsung masuk melewati gerobak Natassja tanpa permisi. Natassja juga tidak menggubrisnya.
Shomad duduk di hadapan Adel. Dia menemani Adel bermain beberapa saat sampai dagangan Natassja habis dan para pembeli berhenti memadati gerobak Natassja.
Natassja membereskan wadah di atas meja. Ia memebersihkan noda sisa berjualan, dan menumpuk segala peralatan, kemudian mengusungnya masuk ke dapur.
"Kakak, Adel, mainannya jangan terlalu dihambur. Nanti pembeli tidak kebagian tempat duduk," ujar Natassja saat melawati Adel dan Shomad.
"Aku bukan anak-anak, mbak," protes Shomad. Natassja tertawa.
"Adel, ayo kita bereskan sebelum dimarahi mama," ajak Shomad.
"No.... (tapi)"
"Tidak apa-apa. Kakak punya mainan bagus,"
"Apa itu?"
"Bereskan dulu, baru kutunjukkan padamu," Shomad beranjak.
"Kakak ke mana?"
"Tunggulah di situ. Kakak akan kembali sebentar lagi,"
Shomad pergi membiarkan Adel merapikan mainan sendirian. Tak lama, Natassja keluar membawa kain lap ukuran besar. Dia celingak-celinguk mencari Shomad.
"Kuda on delsya? (Ke mana dia pergi?)"
"Adel ne znayet, mama, (Adel tidak tahu, mama),"
Natassja mengampiri gerobak. Dia melap meja saji agar kelihatan bersih untuk digunakan berjualan sesi berikutnya.
Tak lama, Shomad datang membawa koper besar yang biasa dia bawa saat bekerja.
"Adel, ayo sini," panggil Shomad dari luar.
Adel menurut saja. Dia sudah selesai merapikan balok susun dan memasukkan mainan tersebut ke dalam tas plastik tebal. Adel meninggalkan mainannya begitu saja di lantai.
"Apa itu, mas?" Tanya Natassja penasaran.
"Lihat saja nanti, ma,"
Shomad mengajak Adel ke kursi kayu panjang di seberang jalan di depan warung Natassja. Shomad membuka koper itu di kursi, membuat si kecil Adel berdecak kagum dengan isinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
6. Otets
Mystery / ThrillerShomad telah resmi keluar dari pesantren setelah diwisuda. Dibantu Zuan, dia memindahkan barang-barangnya menuju rumah kost di sebuah perkampungan dekat kampus. Ada sebuah warung kecil di dekat rumah baru Shomad tempat dia mengisi perut, dan di situ...