Bab 10 - Mulai Berubah

53K 2.1K 5
                                    

Sashi diam-diam melirik ke arah Arkan. Dia menatap wajah suaminya yang pagi ini tampak begitu cerah. Seperti biasa, Arkan selalu menyapanya dengan senyum manis. Namun ada sedikit yang berbeda dari laki-laki itu. Arkan melakukan ciuman selamat pagi yang membuat Sashi malu bukan kepalang.

"Ada apa? Kenapa kamu tidak makan?"

Arkan menaikkan alisnya ketika melihat Sashi yang terdiam menatapnya, dengan wajah malu. Tidak menyentuh makanannya sedikit pun dan tentu saja itu menimbulkan rasa heran di benak Arkan. Sashi biasanya ketus, kenapa sekarang dia lebih pendiam?

Sayangnya, bukannya menjawab Sashi malah salah tingkah. Dia memalingkan wajahnya ke arah lain dan menyelipkan rambutnya di telinga. "Tidak, tidak apa-apa. Aku hanya tidak enak badan."

"Kamu sakit? Astaga, kalau begitu sepertinya aku batalkan saja jalan-jalannya. Biar aku panggil dokter," ucap Arkan dengan cepat. Dia berniat beranjak dari kursi untuk mengambil ponselnya yang ada di kamar. Tapi, sebelum Arka benar-benar pergi, Sashi dengan cepat mencegahnya.

"Tidak, Kak! Aku tidak apa-apa. Aku baik-baik saja. Kita pergi sekarang, ya?" cegahnya.

Mata Sashi berbinar senang, dia tentu tidak akan membuat kesempatan ini hilang. Sashi ingin menghabiskan waktu untuk jalan-jalan di pantai. Setidaknya, berusaha mengabaikan pikirannya mengenai apa yang terjadi tadi malam dan menikmati hidupnya sesaat, seperti kata Arkan.

"Benar tidak apa-apa?" Arkan menatap Sashi ragu. Baru beberapa detik lalu, istrinya tampak murung, tapi kini wanita itu kembali ceria seolah tak pernah terjadi sesuatu. Tentu saja, dia merasa aneh.

"Tidak. Aku baik-baik saja. Jadi Kak Arkan, bagaimana kalau--"

"Kamu harus makan dulu. Kita tidak akan pergi sebelum kamu makan," sela Arkan dengan cepat. Membuat wajah Sashi spontan merengut kesal. Bibirnya mencebik, namun tak ayal dia mematuhi perkataan Arkan.

Sashi memakan sarapannya dengan malas. Dia rasanya ingin cepat-cepat keluar dari sini. Sampai Arkan hanya menggeleng kecil ketika melihat kelakuan Sashi. Dia mengulas senyum manis.

Arkan tidak bisa melupakan apa yang terjadi di antara mereka semalam. Bibir istrinya sangat lembut. Pipi Arkan bahkan sampai merah saat memikirkan kembali tentang bagaimana dia bisa melakukannya. Tindakannya adalah spontan. Tak bisa dielaknya, jika Arkan lambat laun mulai menyukai Sashi.

"Kak Arkan, aku sudah selesai. Ayo kita pergi," ucap Sashi. Memudarkan lamunan Arkan. Sampai membuat laki-laki itu sedikit tersentak dan menyadari jika makanan Sashi sudah habis. Berbeda dengan dirinya yang masih tersisa.

"Kamu sangat semangat. Sebentar, aku bereskan semuanya dulu."

"Tidak. Biarkan aku yang melakukannya. Kak Arkan diam saja," cegah Sashi saat Arkan hendak beranjak. Dia segera menumpuk piring-piring dan membereskan meja makan. Namun saat Sashi akan mengambil piring bekas Arkan, dia terdiam. "Kak Arkan belum selesai?"

"Tidak. Aku sudah selesai."

Sashi hanya mengangkat alisnya dan menatap Arkam curiga, namun dia langsung mengambil piring tersebut dan kembali membereskannya. Berusaha, tak memedulikan Arkan.

***

"Kak, ayo kita ke sana!" ajak Sashi sambil menunjuk ke arah toko perhiasan.

Sebelum pergi ke pantai, Arkan mengajak Sashi untuk menghadiri festival yang kebetulan diselenggarakan di sana. Banyak yang menjual pernak-pernik, pakaian, sampai makanan khas laut.

Sashi sangat antusias. Dia terus memaksa Arkan untuk menemaninya jalan-jalan dan makan. Dia sangat amat senang. Laut adalah tempat favoritnya dan dulu Andrew pernah berjanji, jika laki-laki itu akan membawa Sashi ke sini. Namun sekarang, janji tinggallah janji. Andrew tidak pernah sekalipun mengajaknya. Hanya Arkan yang ada di sampingnya.

Tapi, karena ini adalah hari bahagia, Sashi sama sekali tidak mau memedulikannya. Dia hanya tidak ingin menyia-nyiakan jalan-jalannya dengan hal menyedihkan. Meski kini Sashi harus berdampingan bersama Arkan.

"Kak, apa ini cocok untukku?" tanya Sashi sambil menunjukkan sebuah gelang yang terbuat dari kerang, dihiasi dengan pernak-pernik lainnya.

"Ya, cocok," jawab Arkan sekenanya.

"Kalau ini?" Sashi kembali memperlihatkan gelang dengan motif lainnya pada Arkan. Dan lagi-lagi, laki-laki itu mengangguk. Mengatakan jika gelang tersebut cocok untuk Sashi. Hal itu terulang beberapa kali, sampai akhirnya Sashi mendengus kesal, ketika Arkan hanya mengiyakan pendapatnya saja.

"Kak Arkan bagaimana sih? Kenapa semua dibilang bagus! Aku kan susah untuk memilih!"

"Apa aku salah? Semua memang cocok untukmu, Sashi. Kau cantik, memakai apa pun juga pantas," ujar Arkan dengan pendapatnya. Dia menatap geli ke arah Sashi yang memasang wajah masam. Namun hanya beberapa saat, hingga berubah menjadi merah karena perkataannya.

"A-aku pilih y-yang ini saja!" Sashi mengalihkan perhatian Arkan. Menyerahkan pilihannya yang pertama, pada sang pedagang.

Sashi cukup gugup ketika mendengar perkataan laki-laki itu. Bahkan jantungnya, kini terdengar berdetak kencang. Apa ini? Kenapa Sashi merasa seperti ini?

"Yang ini juga, Pak," ucap Arkan sambil mengambil jepit rambut dari kerang yang berwarna keemasan dan ditaburi oleh mutiara. Dia memberikannya pada pedagang tersebut. Sebelum akhirnya, Arkan berniat memasangkan jepit rambut yang dibelinya, di rambut Sashi.

"Mendekatlah," ucap Arkan sembari menyibak rambut Sashi dan memasangkan jepitan itu di sisi sebelah kanan. Kepalanya diusap pelan oleh Arkan. Merapikan penampilan Sashi hingga membuat wanita itu sedikit tertegun. Merasa terkejut karena tindakan yang tak terduga. "Kamu sangat cantik, Sashi."

Arkan benar-benar terpana melihat betapa manis dan cantiknya Sashi. Sampai tiba-tiba, Sashi tertunduk malu dan berkata, "Hmm, Kak aku rasa, aku ingin melihat pantai sekarang."

Canggung. Arkan tahu atmosfer yang terjadi di antara dia dan Sashi. Wanita itu sepertinya masih enggan untuk terlalu berdekatan dengannya. Meski semalam, Sashi sudah menyetujui usulannya.

Semalam. Ya, semalam ketika Arkan mengajak Sashi untuk sama-sama memulai hidup baru dan mencoba melupakan apa yang sempat terjadi, wanita itu mengangguk mau. Dia menantang pada Arkan, untuk membuatnya jatuh cinta. Jika tidak, maka pernikahannya mereka harus berakhir.

Tentu saja Arka langsung menyanggupinya karena dia tidak mengharapkan perpisahan. Terlebih ketika melihat kedua orang tuamya yang begitu menyayangi Sashi. Arkan tidak tahu, mungkin mereka akan sedih jika mendengar perpisahan Arkan dan Sashi nantinya.

"Ayo," ucap Arkan sembari menggenggam erat tangan Sashi. Terlihat, wanita itu sedikit terkejut namun lambat lain Sashi mulai rileks. Dia sedikit demi sedikit harus mulai membiasakan sentuhan tangan Arkan.

Keduanya berjalan pelan ke arah pantai. Mereka menikmati desiran ombak yang menggulung. Para wisatawan tampak asik bermain air, membuat istana pasir, ada juga yang sengaja berjemur demi memiliki kulit yang kecokelatan. Tak sedikit juga, keluarga yang datang untuk menghabiskan hari libur.

Teriknya sinar matahari, tak mampu membendung keinginan mereka bermain air. Begitu juga dengan Sashi, yang semenjak sampai tak bisa menahan senyumnya. Rambutnya yang tergerai, tertiup angin laut yang cukup kencang.

Sementara pandangan Arkan hanya tertuju pada Sashi. Dia ikut senang ketika melihat wanita itu tersenyum. Hal yang begitu jarang Arkan lihat, semenjak mereka menikah. Sashi menjadi semakin cantik. Wanita itu lebih bersinar.

"Ikuti aku, aku akan menunjukkan sesuatu."

Arkan mengajak Sashi berjalan mendekati tempat penyewaan jet ski. Membuat Sashi sedikit terpana, namun kemdian dia menatap bingung ke arah Arkan. Apa maksudnya? Jangan bilang ....

Seolah tahu apa yang dipikirkan Sashi, Arkan hanya tersenyum, "Aku ingin mengajakmu bermain jet ski."

___
Terima kasih atas dukungannya 🤗🤗

Perfect Husband (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang