Bab 71 - Hukum Aku

32.4K 1.3K 10
                                    

"Bagaimana keadaan Kiana dan Andrew, Arkan? Dan kenapa kamu tidak menceritakan semuanya pada kami dari awal?" desak Nina pada Arkan agar menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

Dia dan Vino, suaminya kaget bukan main saat mendengar Kiana dan Andrew dibawa oleh polisi untuk dimintai keterangan sekaligus diintrogasi. Juga insiden yang hampir saja menewaskan Kiana seandainya Arkan telat untuk menariknya ke atas.

Fakta lain yang lebih mengejutkan lagi, Arkan dan Sashi sempat dikabarkan bertengkar dan rupanya, menantunya itu tengah hamil. Mereka benar-benar tidak tahu apa yang terjadi.

"Kiana merencanakan niat buruk untuk menyakiti Sashi, dan Andrew ikut membantunya. Aku yang melaporkan mereka ke polisi. Mama tahu? Ternyata, Kiana juga pernah membunuh ibunya sendiri dan dia sedang dicari-cari polisi," papar Arkan sambil mengusap wajahnya kasar. Mengingat betapa menegangkannya tadi, benar-benar sangat menguras emosi Arkan.

Membiarkan Kiana mati? Tentu tidak! Arkan tidak akan membiarkannya. Semua itu, bukan karena dia baik hati, tapi karena kematian tidaklah cukup untuk membuat Kiana menyadari kesalahannya. Hukuman seperti itu terlalu ringan. Merasakan penderitaan sebelum kematian, adalah hal yang Arkan inginkan untuk Kiana.

Terdengar kejam? Terserah.

Baginya, siapa pun yang mengusik orang-orang yang dia sayang, Arkan tidak akan segan-segan untuk memberinya pelajaran. Apalagi jika itu menyangkut keselamatan calon anak dan istrinya.

"Apa? Arkan, kamu juga akan memasukkan adikmu ke dalam penjara?"

Nina dan Vino syok bukan main dengan perkataan Arkan. Arkan yang sangat menyayangi adiknya, justru kini malah melaporkannya? Tapi ekspresi kaget itu hanya dibalas senyum kecil olehnya. "Apa boleh buat. Aku tidak mau Andrew kembali berbuat ulah."

"Arkan, Andrew itu adalah adikmu! Kamu harusnya bicarakan ini dulu dengan Papa," ucap Vino tak habis pikir dengan tindakan Arkan yang mendadak seperti ini. Anak sulungnya, biasanya yang paling bisa berpikir tenang.

"Karena dia adikku, jadi aku ingin dia bertanggung jawab atas kesalahannya. Tapi Papa tidak perlu khawatir, Andrew sudah setuju dan dia tidak akan lama menetap di sana."

Arkan hanya ingin Andrew merasakan, dinginnya berada di balik jeruji besi. Terkurung tanpa bisa ke mana-mana dan merenungi semua kesalahannya. Meski sebenarnya, Andrew juga sudah sadar akan kebodohannya yang telah Kiana manfaatkan. Adik bodohnya itu, sudah mendengar percakapan antara dia dan Kiana, jika wanita itu tidak pernah mencintainya, sekaligus Arkan menunjukkan, kalau Kianalah orang yang mendekatinya secara terang-terangan, bukan dia.

Kiana yang menggoda Arkan, bukan sebaliknya. Wanita itulah yang tergila-gila padanya, bukan Arkan. Dan semua itu bisa Andrew saksikan dengan mata kepalanya sendiri. Setelah ini, Arkan berharap kalau Andrew tidak akan mengulangi kesalahannya lagi dan mau berpikir tentang semua yang dia lakukan.

"Mama merasa bersalah, harusnya kami mendidiknya lebih baik lagi. Mama terlalu egois dan memikirkan perasaan Mama sendiri."

"Kamu benar, Sayang. Papa menyesal pernah mengabaikan Andrew. Kitalah yang berperan penting membuatnya menjadi seperti itu. Kita bukan orang tua yang baik."

Vino mengusap lembut bahu istrinya. Dia juga amat sangat menyesal karena terlalu memuji-muji Arkan anak dari wanita yang dicintainya, dibanding Andrew yang dianggap sebagai sebuah kesalahan. Jika waktu bisa diputar, maka dia akan bersikap adil pada anak-anaknya.

"Andrew sudah memaafkan kalian. Mama dan Papa tidak perlu khawatir. Arkan juga menyayangi Andrew dan ingin dia berubah menjadi lebih baik. Bagaimanapun, kami adalah saudara."

"Tapi Arkan, bagaimana dengan istrimu? Bukankah kamu sudah keterlaluan karena meninggalkannya saat sedang hamil? Suami macam apa kamu ini, bukannya menemui istrimu, kamu malah bersantai!"

Perfect Husband (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang