Bab 37 - Beruntung

38.9K 1.5K 12
                                    

"Kak Arkan, tolong ceritakan siapa wanita itu," pinta Sashi pada Arkan dengan penuh permohonan. Tubuhnya bersandar di dada bidang laki-laki itu dengan pandangan menatap kumpulan bunga yang bermekaran. Dia dan Arkan menikmati waktu pagi dengan bersantai di halaman belakang, tentu setelah selesai sarapan.

Sashi jelas menanti pengakuan Arkan tentang masa lalunya. Dia ingin tahu secara lengkap tentang wanita itu. Arkan dan Kiana. Ada kekhawatiran yang begitu mengganggunya, apalagi saat mendengar cerita dari Andrew.  Sashi tidak bisa menahan rasa cemburu saat memikirkan wanita lain mencintai suaminya. Dia tidak rela.

"Kenapa kamu sangat ingin mengetahuinya?" Arkan bertanya sambil mengusap lembut rambut istrinya. Kejadian itu dan hubungan antara dia, Andrew juga Kiana, bukanlah hal yang baik untuk diceritakan. Rasanya, seperti mengorek luka lama saat Arkan harus menceritakan semuanya. Namun Sashi yang terlanjur penasaran, semakin mendesak Arkan. Mengeluarkan foto yang dulu dia perlihatkan pada Andrew.

"Aku ingin tahu, karena aku tidak mau membiarkan orang lain datang ke dalam rumah tanggaku. Aku tidak mau kehilangan Kak Arkan."

Kedua alis Arkan spontan terangkat. Menatap heran selembar foto di tangan Sashi. Foto yang jelas-jelas dia simpan dapat di dalam laci mejanya. Satu-satunya kenangan yang tersimpan antara dia, Andrew dan Kiana. Mungkinkah, Sashi mengambilnya? "Sashi, apakah kamu--"

Kepala Sashi langsung tertunduk. Dia menghadap ke arah Arkan sepenuhnya. "Maaf, aku penasaran tentang kehidupan Kak Arkan sebelumnya."

"Karena itu, kamu mengambilnya tanpa izin?" Arkan sedikit meremas kertas foto itu dan menatap Sashi dengan kesal. Namun beberapa saat kemudian, dia hanya menghembuskan napas kasar. "Seperti yang kukatakan semalam, aku tidak mencintainya tapi Kiana yang mencintaiku."

"Benarkah? Apa dia ... mengejar-ngejar Kak Arkan?"

Tak menjawab. Arkan membeku di tempat. Matanya melirik Sashi dengan ragu. Memang, dari dulu Kiana mengejarnya. Wanita itu terus-menerus mengganggu Arkan setiap kali Andrew membawanya ke rumah. Surat-surat dan hadiah juga sering Kiana titipkan pada Andrew. Tapi dia tidak sekalipun mau menerimanya.

Tatapan mata penuh rasa cemburu dari adiknya, menjelaskan jika Andrew memang menyukai Kiana. Hanya, entah bagaimana bisa, wanita yang dicintai adiknya malah menaruh hati padanya. Sungguh ironis. Dan karena itu pula, kebencian Andrew padanya semakin menumpuk. Tapi, pada kenyataannya Arkan tidak pernah mencintai Kiana.

Semua terasa tidak masuk akal waktu itu. Arkan hanya menganggap Kiana sebagai adik perempuannya saja, tidak lebih. Karena itulah, dia tidak melarang saat wanita itu dekat dengannya. Tapi, sikapnya ternyata disalahtafsirkan oleh Kiana yang mengira Arkan menyukainya.

"Apa yang Kakak pikirkan? Kak Arkan memikirkan wanita itu? Kakak juga menyukainya, kan?" tegur Sashi, saat Arkan malah melamun. Bibirnya langsung merengut kesal.

"Apa? Tidak. Aku hanya ...."

Mata Sashi langsung memanas. Dia tidak mau mendengar perkataan Arkan yang sedang memikirkan wanita lain saat tengah bersamanya. "Berarti benar kata Andrew. Kak Arkan menyukainya dan merebut Kiana, kan?"

"Andrew? Andrew bilang begitu? Apa kamu menemuinya untuk menanyakan ini?" tebak Arkan dengan mata memicing, yang seketika mendapat anggukan dari Sashi.

"Aku hanya penasaran tentang wanita itu. Andrew bilang, Kak Arkan merebutnya."

"Tidak, Sashi, jangan salah paham. Kiana hanya aku anggap adik dan Andrew menyukainya. Dia masih SMA saat aku sudah kuliah. Aku bahkan tidak ingat, kapan kami bertemu untuk pertama kalinya. Yang aku ingat, aku selalu datang ke sekolah Andrew saat adikku berbuat masalah. Dan di sana, Kiana sering mendekatiku," jelas Arkan.

Beberapa tahun lalu, saat Arkan masih duduk di bangku kuliah dan Andrew masih berada di bangku SMA, dia kerapkali mendapat surat panggilan dari pihak sekolah, atas kenakalan yang dilakukan adiknya. Bolos, tawuran, geng motor, atau bahkan melakukan penindasan terhadap siswa lainnya.

Tentu saja, kelakuan Andrew cukup membuat kedua orang tuanya naik darah. Memarahi Andrew habis-habisan, tapi anehnya adiknya itu tidak pernah jera. Selalu melakukannya lagi, dan lagi. Hingga Arkan yang sangat menyayangi adiknya, selalu datang dan menggantikan kedua orang tuanya sebagai wali.

Kedatangan Arkan ke sekolah adiknya, tentu mendapat banyak perhatian para siswi. Mereka begitu mengagumi Arkan, meski Arkan tidak pernah tersenyum ramah atau peduli dengan para gadis itu. Baginya, remaja dan cinta monyetnya sangat merepotkan. Tapi siapa sangka, itulah yang membuat daya tarik Arkan semakin kuat dan menjerat para gadis-gadis muda dulu. Bahkan itu masih terjadi hingga sekarang.

"Aku tidak pernah tertarik dengan wanita, sebelum bertemu denganmu."

"Benarkah?"

Arkan hanya tersenyum dan menggenggam tangan Sashi dengan erat. Dia suka melihat istrinya cemburu. "Kamu tidak perlu khawatir, aku belum pernah jatuh cinta atau berkencan."

"Jika Kak Arkan belum pernah jatuh cinta dan memiliki kekasih, lalu kenapa Kakak bisa mencintaiku?"

Apa benar, semuanya hanya perasaan sepihak? Kenapa Arkan bisa mencintainya kalau laki-laki itu tidak pernah menganggap perasaan wanita, sebagai sesuatu yang serius? Sashi yakin, dengan wajah, pekerjaan yang mapan dan sikap Arkan, pasti ada puluhan wanita yang mengantri untuknya.

"Tidak tahu. Aku tidak punya jawaban apa pun. Tapi, aku akui, aku sedikit tertarik saat aku melihatmu pertama kali."

Sashi sontak kebingungan. "Pertama kali? Tapi, kita baru bertemu di acara pernikah--tunggu, jangan bilang kalau ...."

"Aku tertarik saat melihatmu memakai gaun pengantin. Aku tertarik pada wanita yang akan menjadi calon adik iparku."

Arkan tahu ini terdengar sedikit gila. Di pertemuan pertama mereka, Arkan dibuat tertarik oleh Sashi, yang dulu merupakan calon istri Andrew. Tertarik, tolong garisbawahi. Bukan mencintai.

Dalam pandangannya, Arkan melihat ada keangkuhan dan harga diri tinggi dari dalam diri Sashi. Tidak menangis atau histeris saat tahu kalau calon suaminya kabur. Justru, hanya kebencian lah yang ada dalam sorot matanya. Hal yang tidak pernah Arkan sangka, akan dia lihat.

Hal tersebut, membuat Sashi semakin terlihat menarik di matanya. Rasa penasaran untuk mengetahui wanita itu lebih dalam, membuat Arkan akhirnya mau untuk menikahinya. Ya, pernikahan itu bukan hanya untuk menutupi aib dua keluarga, tapi juga karena rasa penasaran Arkan terhadap calon adik iparnya, yang berganti status menjadi istrinya dalam sehari.

Bagian yang paling menarik untuknya, adalah saat wanita itu TIDAK menganggapnya suami, melainkan kakak dari bajingan yang telah meninggalkannya. Untuk pertama kalinya, Arkan menemukan wanita yang berbeda. Wanita egois dan acuh tak acuh terhadapnya, saat wanita lain di luaran sana menginginkannya.

Tapi, di balik itu semua, siapa sangka kalau Arkan menemukan sisi rapuh dalam setiap sikap kasar Sashi padanya. Wanita itu, hanya sakit hati atas kepergian kekasih tercintanya dan Arkan tidak punya pilihan lain selain menghiburnya. Meminta maaf atas sikap kurang bertanggung jawab adiknya. Dia yang sayang terhadap Andrew, harus merasa sangat amat kecewa.

"Aku sudah tertarik saat melihatmu memilih reputasi dua keluarga, dibanding kebahagiaanmu sendiri."

Sashi terdiam beberapa saat. Pengakuan Arkan cukup membuatnya terkejut bukan main. Ternyata, Arkan sudah memerhatikannya. Ya, memang dan itu pasti, karena Sashi adalah calon pengantin yang paling menyedihkan. Ditinggal saat hampir selangkah lagi mengikat janji suci di hadapan Tuhan.

Memikirkannya kembali, membuat Sashi langsung tersenyum kecut. Hari itu, benar-benar hari di mana kesialan menimpanya. "Jika waktu itu aku menolak Kak Arkan, maka aku akan menyesal selamanya."

Sashi menatap Arkan dengan wajah sendu, membuat laki-laki itu langsung mendaratkan kecupan hangat di wajahnya. Menghibur kesedihan Sashi.

"Aku tidak mau mengatakan ini. Tapi, harus kuakui, kamu memang akan menyesal kalau menolak laki-laki tampan, mapan dan hebat di ranjang sepertiku."

Arkan tersenyum bangga sambil menepuk dadanya. Mengacaukan suasana sedih dan membuat Sashi melotot kesal. Dia spontan memukul laki-laki itu saat mendengar mulut Arkan yang semakin kurang ajar.

Perfect Husband (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang