"Kinara, bangun. Pasang sabuk pengaman, kita akan mendarat," kata Nara pelan.
Aku terbangun dan menatap ke arah jendela. Sudah siang. Kepalaku masih setia bersandar di bahunya Nara, entah sejak kapan aku kepalaku berada di bahunya padahal rasanya tadi kepalaku di jendela.
"Jam berapa ini?" tanyaku parau.
"12 siang waktu Venice." kata Nara santai.
"Uh, gue bakal jetlag," keluhku.
"Pake sabuk pengaman, Kinara."
"Gue mager." Aku meregangkan badanku.
"Pasang sabuk pengaman aja males banget," omel Nara.
"Bodo."
"Pake, Kinara."
"Pasangin," kataku manja sambil berkedip-kedip lucu.
"Manja banget."
"Bodo."
Nara terdiam dan tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya menyeringai penuh ancaman.
"Kalo gak lo pake dalam hitungan 1 sampai 3, siap siap aja gue cium," ancamnya.
"Bisa gak sih gak usah main cium." Aku menggerutu sebal namun tetap memakai sabuk pengamanku.
"Sebentar lagi kita akan mendarat di Venice Marco Polo International Airport. Silahkan mengenakan sabuk pengaman masing masing," kata Natalia.
"Venice, Italiaaaa!" pekikku senang.
Beberapa menit kemudian, pesawat mendarat dengan mulus. Nara menggenggam tanganku karna dia sudah mengerti aku benci mendarat.
"...Sampai bertemu di penerbangan selanjutnya..."
Aku tidak begitu mendengarkan Natalia berbicara tentang apa. Pikiranku hanya terfokus pada tempat wisata yang bakal akan aku tuju selama disini.
"Ayo Kinara, kita turun," ajak Nara.
Aku mengangguk kuat penuh semangat.
Yang pertama turun dari pesawat adalah Claire dan Jason, Lily dan Dave lalu Nara dengan aku. Yang membuat hatiku sedikit teriris itu saat tangannya Dave terulur ke belakang, ke arah Nara.
Nara mengadah untuk menatap Dave, kemudian Nara menggenggam tangan Dave. Seketika itu pula rasanya aku ingin jungkir balik atau salto sekalian. Di depan mataku!
Apa Nara tidak bisa peka sedikitsaja melihatku yang berjalan pincang seperti ini karna masih keseleo?
Sudah sakit hati, sakit fisik pula.
Aku menarik nafas panjang. Sampai tangannya Nara terulur ke belakang ke arahku. Membuatku terperangah.
Lalu aku mengadah, aku melihat Nara sedang menatapku.
"Take my hand," katanya pelan.
"Tapi--"
Nara berdecak dan langsung mengambil tanganku untuk dia genggam tangan. Aku menghela nafas lagi padahal kalau bisa aku mau jingkrak-jingkrak saat ini juga.
Kemudian Nara menuntunku untuk turun tangga pesawat. Mobil range rover putih sudah menunggu kami
"Lo punya banyak pengawal disetiap negara," gumamku.
Nara mengangkat bahunya acuh, "Biasakan diri aja," sahutnya.
Aku sedikit berdecak kagum sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil dengan posisi seperti tadi.
"Kita nginep dimana?"
"Gue punya rumah disini," kata Nara tenang.
"LO BERCANDA!" Aku memekik histeris. Membuat Claire menoleh ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gay Back To Normal
RomanceCopyright © 2015 by littlesunshine_ Hak Cipta Terlindungi © 2015 oleh littlesunshine_ : Naraka Fajar, laki-laki yang mendapat urutan pertama versi majalah Grey-Line tentang 50 most eligible bachelors in Indonesia. Pintar? jelas. Kaya? pastinya. Cak...