Aku dan Nara berjalan keluar dari Mili club, lalu memandang sekelilingku. Kali ini permasalahannya adalah aku tidak tau mobilnya Nara yang mana. Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal.
"Lo pake mobil apa?" Aku bertanya dengan nada bingung pada Nara.
"Mobil yang beroda empat!" Nara tertawa senang.
Sumpah, garing banget sih dia...
"Lo cantik yn," gumam Nara.
"Duh, makasih. Tapi gue gak butuh pujian untuk saat ini, gue mau anter lo pulang."
Aku cemberut walaupun dalam hati senang juga karna dipuji cantik oleh dewa yunani, people say the truth when he get drunk.
"Kalo kita ke tempat lo, gue gak tau rumah lo dimana. Jadi ke rumah gue aja ya?"
Nara malah terdiam, matanya tampak tertutup.
"Diem berarti iya."
Nara masih terdiam dan aku menganggap jawabannya adalah iya. Aku memapah Nara untuk masuk ke mobilku.
"Gila, berat banget sih," gerutuku sambil memapah Nara.
Nara hanya bergumam tidak jelas. Aku membuka pintu mobil dengan susah payah, butuh perjuangan keras untuk memasukan Nara ke dalam mobil. Aku bahkan sempat terjeduk.
Andai saja dia bukan Dewa yunani-ku, mungkin sudah kubiarkan di dalam club dan tergeletak tak berdaya. Aku mengemudi ke arah apartmentku dengan santai, sambil mendengarkan Nara meracau tidak jelas soal Dave blahblahblah.
Yaampun, Nara, ada cewek seksi disiniii.
"Lo kenapa sih bisa gini?" Aku bertanya tanpa sadar.
"Apaaaaaa?"
"Gapapa, Dewa yunani," gumamku.
Sekarang Nara mulai bernyanyi nyanyi tidak jelas. He might has a good voice, kalau saja dia bernyanyi saat tidak sedang mabuk.
"Akuuuu sayang diaaa, tapi kenapa dia gak bisa ngertiin akuuu..." Nara bernyanyi dengan nada yang tidak berarturan.
"Lo nyanyi apa curhat sih?" Aku memutar bola mata.
Nara tertawa keras.
Dan akhirnya aku sampai juga di apartmentku, finally! Aku memarkirkan mobilku di tempat biasa, setelah selesai aku berjalan keluar dan kembali memapah Nara untuk keluar dari mobil.
Lalu melirik jam di pergelangan tanganku, jam 2 dini hari. Bagus sekali. Semoga tidak ada orang yang melihatku membawa bujangan yang paling memenuhi syarat di Indonesia ke dalam apartmentku.
Ngomong-ngomong Soal bujangan, kenapa aku jadi tidak yakin ya dia bujangan? Secara, dia kan sudah taken by Dave.
Oh yes tapi barusan dia sudah putus dari cowok satu itu. Jadi, bisa di pastikan aku tidak merebut Nara dari siapa-siapa.
"Ayo, Nara."
Aku memapah Nara keluar dari mobil. Setelah berhasil, aku menekan lock pada kunci mobilku. Kemudian dengan berusaha sekuat tenaga aku memapah Nara sampai masuk ke dalam gedung apartment dan juga masuk ke dalam lift.
Aku menoleh sedikit menatap Nara yang terkulai lemas. Kepalanya ada di bahuku, nafas hangat teraturnya menerpa leherku.
DING!
"Ayo, big guy. Gunakan kakimu," kata gue kesal.
"Kita terbang ajaaaa, wohooooo."
Nara meracau lagi, kurasa percuma saja kuajak bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gay Back To Normal
RomanceCopyright © 2015 by littlesunshine_ Hak Cipta Terlindungi © 2015 oleh littlesunshine_ : Naraka Fajar, laki-laki yang mendapat urutan pertama versi majalah Grey-Line tentang 50 most eligible bachelors in Indonesia. Pintar? jelas. Kaya? pastinya. Cak...