Sembilan: Cold as You

72.4K 5.5K 78
                                    

Nara berjalan keluar ruangan meninggalkan aku yang masih tercengang dengan jantung yang berdetak cepat. Holy shit. Dia menciumku barusan.

Aku mengetuk-ngetuk mejanya Nara dengan jariku. Dia rapat berapa lama ya? Kalau sejam lebih dia tidak kembali, lebih baik aku pulang ke rumah.

Aku mengeluarkan iPod-ku dari dalam tas bersamaan dengan earpodku. Aku memutar lagu dari The Vamps feat Demi Lovato yang judulnya Somebody to you.

Lalu aku melangkah ke arah jendela besar di sebelah pot. Dari sini, seisi kota Jakarta kelihatan. Kemudian aku kembali duduk di kursinya Nara dan duduk disana.

Aku melihat fotonya Nara bersama mamanya disudut kanan mejanya, disebelahnya aku melihat foto Nara dengan Papanya lalu foto mereka bertiga.

Dewa yunaniku. Kenapa tidak ada cowok normal yang menyantol di hatiku? kenapa mesti gay?

Kemudian aku memejamkan mata dan ikut bernyanyi bersama The Vamps.

"Look at me now, I'm falling. I can't even talk, still stuttering. This cloud I'm on, it keeps shaking.."

"NARAAAAAA!"

Aku berhenti bernyanyi dan menatap ke arah pintu yang kini sudah terbuka lebar.

Sosok perempuan berambut cokelat keemasan, cantik, tinggi, badan proposional. Berbanding terbalik denganku. Cewek itu mengerutkan kening, aku kok kayak pernah---astaga, Diana Mischa!

"Um, who are you? Nara mana?"

Aku tidak tau harus memperkenalkan diri sebagai apa. Aku tidak mungkin bilang begini: 'Hai, gue Kinara, calon istri kontraknya Nara. Lo dianna kan?'

"Gue Kinara, Nara lagi rapat," jelasku mencoba tersenyum walaupun canggung.

Diana duduk di sofa pojok ruangan. "Bukannya kemarin rapatnya ya? Sekarangkan gak ada jadwal rapat."

Aku hanya diam mendengerkan lagu. Bisa jadi dia tidak berbicara denganku, jadi lebih baik aku diam. (Walaupun hanya aku satu-satu orang selain dia di ruangan ini)

"By the way, lo siapanya Nara? Oh ya, gue Diana, sepupunya Nara."

Aku meringis. Oke, mungkin aku harus jujur. "G-gue.. calon istrinya Nara."

"WHAT?!"

Pelan pelan aku mengangguk, lalu menggigit bibir bawahku. Yang terpenting aku sudah berbicara jujur!

Diana berdir dan menatapku dengan tatapan tidak percaya. Akujuga ikut berdiri.

Lalu ia tertawa kencang. "Dia gay," ujarnya.

Aku mengerutkan kening bingung. "Iya tau."

"Pacarnya dia itu Dave!"

"Ya, gue tau."

"Kok lo bisa ngaku kalo lo calon istrinya dia?" Diana menatapku dengan curiga.

"Engg.. lebih baik Nara aja yg jelasin."

Aku tidak tau apakah aku harus berbicara jujur ke Diana atau tidak. Eh, tapi... dia tahu bahwa Nara gay.

Diana berdecak dan tidak memaksaku untuk bercerita yang sebenarnya padanya. Dia kelihatan masih tidak percaya kalau ternyata sepupunya yang gay mau nikah.

30 menit kemudian, pintu ruangannya Nara terbuka. Menampakkan seorang pemuda, yang tampangnya seperti Dewa Yunani---versi modern tentunya. Dia melonggarkan dasinya lalu menatap ke arahku dengan senyum tipis.

"Ayo kita makan siang," ajaknya yang tampak tidak menyadari kehadiran Diana.

"Boleh sesudah lo ceritain semuanya ke gue." Diana mendadak bersuara.

Gay Back To NormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang