Dua Puluh Satu: Anything Could Happen

79.8K 5.1K 399
                                    

Author's Note:
Gue minta maaf sebesar-besarnya karna sangat-sangat slow apdet(?). Kalo gue bilang sibuk, ini alasan basi banget tapi ya emang begitu kenyataannya. Terlebih lagi mood untuk nulis ilang seketika. Ini sebenernya udah ada di draft dari kapan itu, tapi belom gue edit alias masih ancur. Mau ngedit tapi gak mood😭 and finally, heres chapter 22 for you guys.

Besok-besok (insyallah) bakal lebih rajin apdet. Makasih buat yang udah mau nunggu.

Vote and coment?

*********

"Ini istri saya Kinara." Nara memperkenalkanku ke beberapa koleganya.

Aku menuruti kata-katanya Lily yaitu sebut nama dan tersenyum manis. Sudah satu jam Nara mengajakku keliling untuk memperkenalkanku pada koleganya. Aku lelah dan juga bosan.

"Gue ke toilet bentar," pamitku berbisik pelan.

"Jangan lama lama," kata Nara balas berbisik.

Aku melepaskan gandenganku dari Nara. Setelah berada beberapa meter dari Nara. Aku langsung menarik nafas lega. Akhirnya aku bebas juga walaupun hanya untuk beberapa saat. Aku mengangkat gaunku sambil berjalan ke meja prasmanan. Lalu mengambil cupcakes dan
red wine.

Saat aku memutar badan dan berjalan, aku malah menabrak orang. Cupcakes milikku berlumuran di bajunya. Holy shit.

"Eh sorry sorry. Gak sengaja," kataku panik. Aku berusaha membersihkan bajunya dengan tissue tapi yang ada malah semakin parah.

"Gapapa kok," kata cowok itu geli.

Aku terdiam dan mengadah, lalu melihat wajah cowok yang kutabrak.

"Sorry ya," gumamku lagi.

Cowok itu mengangguk sambil tersenyum geli. "Ketemu lagi. Gue Satria. Ernanda Satria."

Mungkin dia bisa masuk ke dalam daftar dewa yunani versi modern.

"Well, gue Kinara." Aku tersenyum canggung.

Aku ingat saat di Bali beberapa hari lalu, aku pernah tidak sengaja menabraknya juga. Saat itu aku berdua dengan Claire setelah selesai membeli caramel macchiato.

Kesialan yang sama terulang lagi hari ini, saat itu juga aku tidak sengaja menabraknya dan menumpahkan caramel macchiato-ku ke bajunya.

"Lo sendirian?" tanya cowok yang mengaku namanya Satria ini dengan senyuman penuh kemakluman.

Aku meringis dan kemudian terdiam. Mau bilang sama suami, ya Nara hanya suami kontrak. Biar aku nggak salah ngomong aku menjawab, "Enggak."

"Oke."

Aku mengangguk. "Lo sendiri?" tanyaku balik.

"Yup," balasnya.

Kemudian hening untuk beberapa saat. Aku merasa canggung untuk memulai percakapan duluan.

"Kayaknya gak enak deh ngomong disini. Anyway, lo temennya Nara?"

"Gue ngg... Ya." Aku bahkan tidak tahu kenapa jadi berbohong seperti ini.

Naraka's View

Gue celingukan mencari sosok perempuan bergaun hitam kuncir satu ke segala sudut ruangan. Yup, gue mencari Kinara. Gue gak tau dia ada dimana. Tadi katanya mau ke toilet tapi ini sudah 15 menit berlalu semenjak dia pamit ke toilet. Dia belom balik juga.

Katakanlah gue posesif, mengekang atau apalah terserah. Tapi Kinara itu istri gue, apalagi dia pake baju yang.... Well, makes turn me on.

Aneh memang. Biasanya yang turn me on itu cowok cowok metroseksual yang ada di club khusus gay, yang pernah gue kunjungi.

Gay Back To NormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang